Site icon Harian Kepri

6 Kru Kapal Tenggelam di Perairan Malaysia, Dievakuasi PPLP ke Lagoi

Proses evakuasi korban Kapal Pretty 9 yang tenggelam di perairan Malaysia ke kapal Aria Bupala-f/istimewa-kiriman kru kapal aria bupala

BINTAN (HAKA) – 6 kru Kapal TB Pretty 9 tenggelam di perairan Malaysia, Jumat (22/12/2023) pukul 04.00 waktu setempat. Demikian disampaikan Kabag Ops Pangkalan Penjaga Laut dan Pantai (PPLP) Kelas II Tanjunguban, Alfaizul.

“Kapal itu dinahkodai oleh Tatang Sulaeman. Mereka terombang ambing dan terpisah antara perairan Malaysia dengan Kabupaten Bintan,” jelasnya.

Kejadian itu pertama kali diketahui oleh Crew Kapal MV Aria Bupala, saat berlayar dari Singapura ke Pelabuhan Internasional Bandar Bintan Telani (BBT) Lagoi, Kabupaten Bintan, sekitar pukul 14.35 WIB.

“Kru kapal Aria Bupala melihat tiga orang sedang terombang ambing pakai pelampung, dan langsung dievakuasi ke atas kapal,” tutur Alfaizul.

Ternyata, masih ada tiga orang lainnya belum diselamatkan. Sehingga, pihak Kapal Aria Bupala berkoordinasi dengan Ops Pangkalan PLP Tanjunguban.

“Pimpinan PPLP langsung intruksikan KN Rantos P210 untuk segera ke lokasi kejadian,” terangnya.

Pihaknya juga memberitahukan kepada Crew Kapal Asia Bupala untuk kembali ke titik lokasi kejadian agar bersama-sama melakukan operasi pencarian terhadap tiga orang lainnya.

Akhirnya, Kapal Asia pun kembali menemukan tiga kru Kapal TB Pretty 9, lalu membawa 6 orang itu ke Lagoi, dan dilakukan pemeriksaan kesehatan.

“Kondisi 6 orang saat ini sehat dan baik-baik saja. Mereka adalah warga Sulawesi,” jelasnya.

Alfaizul menerangkan kronologi kejadian tenggelamnya kapal itu, dari hasil keterangan Nahkoda Kapal Pretty Tatang Sulaiman.

Mereka bertolak dari East OPL Malaysia tujuan High Sea Malaysia untuk ke Kapal MT Flora, dengan muatan air minum 20 dus, oat, tiner, oli mesin 12 ember, Kamis (21/12/2023) sekitar pukul 19.15 waktu setempat.

Namun di pertengahan jalan, Kapal Pretty mengalami masalah mesin serta kamar mesin juga bocor akibat angin kencang disertai gelombang tinggi.

Sehingga, nahkoda saat itu memutuskan untuk kembali di pangkalan semula, sembari memompa air ke luar dari dalam kamar mesin.

“Tapi pompa tidak sanggup memompa air. Akhirnya, kapal miring dan tenggelam,” tutup Alfaizul meniru keterangan nahkoda.

Operasi penyelamatan itu juga melibatkan Basarnas Tanjungpinang, Posal, Polairud Bintan, Imigrasi, dan pihak Karantina. (rul)

Exit mobile version