Oleh: Anjani Nur Febriyanti
Mahasiswi Manajemen
STIE Pembangunan Tanjungpinang
SEPERTI yang kita ketahui, Bahasa Indonesia dikenal dalam dua bentuk. Yaitu, Bahasa Indonesia baku dan tidak baku.
Bahasa indonesia yang tidak baku banyak digunakan oleh remaja sekarang. Di kalangan anak-anak milenial, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik sudah sedikit memudar.
Kaum milenial lebih memilih menggunakan bahasa yang di singkat singkat, serta bahasa yang bercampur kebarat-baratan, lebih dianggap keren, gaul, tidak ketinggalan zaman dan tidak norak.
Salah satu contohnya, penggunaan Bahasa Indonesia yang benar untuk kata, “Kamu benar tidak mengetahuinya?”, nah kalimat ini berubah menjadi bahasa mileneal kekinian, “Omg, literally demi apa lo gak tau? gillss aja lo”.
Penggalan kalimat di atas, menunjukkan, bahwa bahasa baku mulai bergeser ke bahasa mileneal yang dianggap kekinian.
Termasuk juga penggunaan istilah-istilah baru ala mileneal, seperti kata Mantap Betul jadi Mantul, lalu istilah Gila menjadi Gillss dan kata Bisa jadi Sabi.
Penggunaan istilah-istilah yang entah dari mana asal usulnya ini, semakin menghilangkan wujud asli Bahasa Indonesia.
Bahasa indonesia bukan hanya sekedar alat komunikasi dan bukan sekedar tutur kata. Melainkan, bahasa ikut turut menggambarkan budaya dan jati diri sebuah bangsa.
Dengan adanya tanda-tanda pergeseran Bahasa Indonesia saat ini, akibat era milenial, maka perlu adanya antisipasi untuk mempertahankan bahasa bangsa ini.
Sebagai bangsa besar, seharusnya kita mampu mempertahankan Bahasa Indonesia dan mengembangkanya hingga ke negara lain.
Bagaimana kita mau memperkenalkan bahasa kita kepada negara lain, jika kita sendiri sebagai Bangsa Indonesia masih kaku dalam menggunakan bahasa negara kita sendiri.
Banyak negara-negara lain, yang mempelajari Bahasa Indonesia, karena mereka menganggap bahwa kosa kota dalam Bahasa Indonesia mudah dipelajari dan mudah dipahami.
Sebagai anak bangsa seharusnya kita mengembangkan bahasa kita, ke arah yang postif bukan ke arah yang negatif dengan mengubah kata kata yang tidak jelas asal usulnya.
Kita patut menghargai sejarah dan para pendahulu, yang telah berjuang mempertahankan Bahasa Indonesia. Sebagai anak bangsa, mari kita tetap harus menjunjung tinggi bahasa daerah dan bahasa nasional.***