Beranda Opini

Konsep Ecohealth, Upaya Pengendalian Penyakit Infeksi Covid-19 di Kepri

0
Dr (Cand) Indra Martias, SKM, MPH

Oleh :
Dr (Cand) Indra Martias, SKM, MPH
Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

ECOHEALTH (kesehatan ekosistem), pada awalnya merupakan istilah yang dinamakan ‘media ekosistem’ atau ekosistem kedokteran, yang dikembangkan pada 1970-an akhir.

Pada tahun tersebut, peneliti memulai menggunakan ekosistem sebagai objek penelitiannya, serta menganalisis gejala umumnya dengan degradasi ekosistem yang dikarakteristikkan dengan “sindrom gangguan ekosistem”.

Ecohealth ditekankan oleh dokter, dokter hewan, ekologi, ekonom, peneliti sosial, perencana serta yang lainnya, agar mempelajari adanya perubahan ekosistem, yang tentunya membawa pengaruh bagi kondisi kesehatan manusia juga hewan.

Ecohealth menganalisis perbedaan dan perubahan yang terjadi pada kehidupan biologis, fisik, sosial serta ekonomi kemudian mengaitkan perubahan tersebut terhadap berbagai masalah bidang kesehatan.

Ecohealth mempunyai konsep menerapkan ilmu lingkungan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya serta hubungan politik dengan elemen ekologi yang menjadi komponen ekosistem.

Ecohealth bertujuan untuk menemukan inovasi, solusi agar mengurangi dan mencegah pengaruh buruk, pada kesehatan yang diakibatkan oleh ekosistem yang berubah.

Ecohealth menawarkan sistematika yang lebih tertata dan komprehensif, dibanding dengan konsep pengendalian penyakit lainnya.

Pendekatan Ecohealth, memfokuskan dengan kerjasama juga kontribusi, berdasarkan berbagai aspek disiplin ilmu, di dalam menjawab masalah penularan penyakit yang ada.

Konsep Ecohealth merupakan solusi untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh patogen zoonosis. Ide yang dicetuskan oleh konsep Ecohealth adalah mengambil pendekatan multidisiplin hingga transdisipliner secara lokal, nasional maupun global.

Yaitu, membahas tentang pentingnya kesehatan manusia dengan tetap memperhatikan secara mendalam kondisi hewan dan konservasi di lingkungan sekitarnya.

Ketimpangan yang terjadi pada ekosistem akan menyebabkan adanya komponen penyakit menular. Sebagai contoh, yang mengaitkan berupa kehancuran ekosistem, bersama timbulnya penyakit.

Yaitu fragmentasi hutan di Amerika Utara ke dalam bagian-bagian yang luasnya bisa dikatakan mencapai 2 hektar, membuat kondisi ekologi hewan terjadi peningkatan penyakit menular yaitu Lyme, yang menginfeksi hewan kemudian menularkan ke manusia.

Kita mengetahui bahwa, jumlah dan keanekaragaman spesies satwa liar di seluruh dunia sangat besar dan terdistribusi pada habitat dan ekologi yang berbeda-beda.

Tetapi, keanekaragaman hayati saat ini terus mengalami penyusutan, terutama di hutan tropis. Kecenderungan penyusutan keanekaragaman hayati ini menurut Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan, penebangan hutan secara ilegal,dan pemburuan serta perdagangan satwa liar secara besar-besaran.

Akibatnya, terjadi perubahan ekologi yang memunculkan faktor risiko spesifiklain seperti rute penularan dan tipe patogen yang berdampak terhadap kemunculan berbagai agen patogen penyebab penyakit.

Penyakit menular setiap harinya semakin berkembang. Penyakit menular merupakan penyakit yang berasal dari oleh agen biologis (termasuk virus, bakteri, jamur dan parasit) dimana hal tersebut menular terhadap manusia.

Menurut sistem penyebarannya, penyakit menular dibagi kedalam penyakit menular langsung, penyakit tular vektor, juga penyakit hewan (zoonosis).

Penyakit menular secara langsung antara lain: difteri, batuk rejan, tetanus, polio, campak, tifus, kolera, rubella, demam kuning, influenza, meningitis, TBC, hepatitis, penyakit virus Ebola, Mers-CoV, dan lain-lain.

Meskipun kemajuan luar biasa dibuat dalam penelitian medis di abad ke-20, kematian terbesar di semua negara dipicu oleh faktor penyakit menular.

Mulai penyebab penyakit menular, munculnya kembali penyakit menular lama, dan persistensi penyakit yang tak terpecahkan.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit menular emerging juga re-emerging antara lain: tatanan berubah dan majunya perilaku manusia, perubahan lingkungan, di mana disebabkan oleh manusia merupakan sebab berubahnya lingkungan hidup organisme lain.

Seperti hewan pembawa penyakit, serta mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan kondisi berubahnya penduduk satu negara dengan yang lainnya, yang disebabkan dari perjalanan internasional yang lebih efektif. Mobilitas keluar masuk negara terinfeksi adalah penyebab utama penularan penyakit ke berbagai negara.

Baca juga:  Setelah Badan Pangan Terbitlah Badan Gizi, Gimana Nasib Ketahanan Pangan Daerah?

Apa itu zoonosis?

Penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke hewan, didefinisikan sebagai Zoonosis, atau bisa juga disebut dengan Anthropozoonosis.

Selain itu zoonosis juga dapat diartikan sebagai suatu penyakit atau infeksi yang secara alamiah ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia, hal ini menurut pendapat World Health Organization (WHO).

Berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, klamidia, reickettsia, bahkan virus merupakan agen dari penyakit zoonosis yang menimbulkan penyakit-penyakit seperti Rabies, Ebola, Flu burung (Avian Influenza), SARS, MERS, Zika, dan lain sebagainya.

Ini adalah sedikit contoh dari penyakit zoonosis yang diakibatkan oleh emerging dan re-emerging diseases. Penyakit tersebut sempat menjadi wabah, dan menunjukkan betapa ganasnya infeksi akibat patogen zoonotik yang dilaporkan dari berbagai belahan dunia termasuk termasuk Indonesia.

Dalam kasus ini, ada saja wabah baru yang terjadi hampir setiap tahunnya, yang disebabkaan oleh patogen zoonotik ini sehingga menimbulkan konsekuensi yang serius terhadap kesehatan dan ekonomi manusia secara global.

Salah satunya, yang sedang mewabah saat ini yang diyakini bersumber dari hewan yaitu Novel Corona Virus atau yang lebih dikenal dengan Covid-19.

Penyakit zoonosis merupakan penyakit atau infeksi secara signifikan alami menyebar dari hewan ke manusia. Ternak di negara Indonesia sendiri sangat beresiko terserang berbagai infeksi penyakit salah satunya yang terjadi Bulan Mei 2022 yaitu penyakit mulut dan kuku.

Penyakit ini menular dari ternak satu ke ternak lainnya dengan sangat cepat. Di sisi lain, penyakit cacar monyet yang sekarang juga menjadi perhatian seluruh dunia dan WHO, karena penyakit ini menular dari hewan ke manusia.

Hal tersebut menandakan bahwa penyakit zoonosis juga bisa menyerang hewan maupun dari hewan ke manusia. Oleh karena itu, penyakit zoonosis perlu diwaspadai dan ditangani karena menjadi pemicu sakit pada manusia.

Perkembangan penyakit zoonosis di dalam dekade terakhir, menunjukkan bahwa penyakit mematikan yang ditularkan melalui hewan semakin mengancam manusia.

Sejauh ini, setidaknya ada 300 penyakit hewan berpotensi bisa menjangkiti manusia. Dalam 20 tahun terakhir, 75 persen penyakit-penyakit menular, yang ditularkan pada manusia,npenyebabnya adalah patogen penyakit menular dari hewan ke manusia yang dinamakan penyakit zoonosis.

Adanya penularan penyakit zoonosis dalam berbagai negara mulai digagas pengendaliannya, dengan konsep yang diperbaharui yaitu ‘one world, one medicine, one health’, serta merupakan kolaborasi terpadu antara dokter hewan, bersama dokter bidang lainnya, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit zoonosis yang dinamakan dengan konsep one health.

Selanjutnya mulai adanya konsep baru yaitu Ecohealth yang bisa dikenal karena sistematikanya yang sama dengan konsep one health. Pilar-pilar yang terkandung konsep one health merupakan prinsip keilmuan profesi kedokteran hewan, kedokteran manusia, dan kesehatan masyarakat.

Selain itu konsep Ecohealth yang mempunyai sifat multidisiplin yang melibatkan ilmu-ilmu lain diantaranya lingkungan, ekonomi, sosial juga budaya. Namun, beberapa masyarakat kurang mengenal adanya konsep ini.

Kondisi Covid-19 di Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau, salah satu provinsi di wilayah perbatasan dengan Negara Singapura dan Malaysia yang lebih awal mengkonfirmasi adanya kasus Covid-19. Pemprov Kepri, turut melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran virus Covid-19.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martias dan Pitriyanti tahun 2021 tentang karakteristik pasien Covid-19 di Kota Tanjungpinang, yakni pasien dengan kelompok umur 0-18 tahun sebanyak 16 persen.

Sedangkan pasien dengan kelompok umur > 18 tahun sebanyak 84 persen, hal ini menunjukkan bahwa pasien Covid-19 lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibandingkan anak-anak.

Berdasarkan klasifikasi riwayat penyakit menunjukkan bahwa, sebagian besar pasien memiliki riwayat kontak erat dengan pasien lain sebanyak 94 persen.

Baca juga:  Menerka Rudi 2024

Artinya pasien yang menderita Covid-19 memiliki riwayat kontak erat dengan penderita lain. Berdasarkan jenis kelamin, pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 53 persen, sedangkan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 persen.

Artinya, ada perbedaan jumlah pasien antara laki-laki dan perempuan tetapi selisihnya tidak terlalu signifikan. Pemprov Kepri turut melakukan berbagai upaya, untuk menekan penyebaran virus Covid-19.

Salah satunya dengan menerapkan physical distancing. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya beberapa aturan untuk mengurangi aktivitas masyarakat di Kepulauan Riau.

Antara lain, SE Nomor : 440/449/DISDIK/SET/2020 Tentang Kegiatan Belajar Mengajar Pada Satuan Pendidikan Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Provinsi Kepulauan Riau.

Penelitian yang dilakukan Martias tahun 2020 tentang tingkat kepatuhan masyarakat Kepri, dalam melaksanakan social/physical distancing, menunjukkan Tingkat Kepatuhan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau dalam menerapkan physical distancing mencapai 59,9 persen.

Tingkat kepatuhan masyarakat ini sudah cukup baik pada masa awal pandemi, namun masih perlu ditingkatkan, agar perilaku pencegahan masyarkat terhadap Covid-19 lebih berjalan secara optimal.

Bagaimana Zoonosis Bisa Menyebar ke Manusia?

Hutan merupakan salah satu tempat tersebarnya berbagai macam satwa liar khususnya hutan tropis. Hilangnya fungsi hutan, akibat ulah manusia atau dikenal juga dengan istilah deforestasi.

Hal ini menyebabkan peningkatan kontak antara satwa liar dengan pemburu. Selain itu, aktivitas penebangan hutan menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan munculnya patogen zoonotik dibandingkan aktivitas penebangan hutan dengan cara tebang pilih (selective extraction).

Mengapa demikian?. Karena aktivitas penebangan hutan dengan cara tebang pilih, dapat menjaga kelestarian lingkungan tempat satwa liar itu tinggal.

Dengan cara begitu, secara otomatis kegiatan tersebut meminimalisir penyebaran patogen zoonotik dari satwa liar ke manusia.

Selain faktor-faktor tersebut, kebiasaan mengonsumsi daging yang berasal dari satwa liar, atau dikenal dengan istilah Bushmeat juga menjadi awal dalam tahap kemunculan penyakit zoonosis.

Peningkatan dari konsumsi bushmeat ini menyebabkan eksploitasi dari satwa liar semakin meningkat. Tingginya perburuan satwa liar menimbulkan berbagai macam risiko seperti peningkatan munculnya penyakit baru.

Sekitar 72 persen dari kemunculan penyakit baru dan penyakit lama yang muncul kembali (emerging dan re-emerging), disebarkan melalui satwa liar.

Selain mengancam akan kelestarian fauna, krisis bushmeat pun dapat memicu kerusakan ekosistem, dan lingkungan serta membuat tingkat presentasi penyebaran penyakit zoonosis yang semakin tinggi.

Salah satu kasus akibat zoonosis ini yaitu mengenai wabah Covid-19 yang saat ini tengah menjadi pandemi. Covid-19 ditularkan dari virus corona atau coronavirus yang sebelumnya sudah pernah menjadi wabah SARS pada tahun 2003 dan MERS pada tahun 2012.

Virus ini biasanya ditemukan pada hewan seperti mamalia, aves, ataupun reptil. Virus corona ini menginfeksi manusia dengan menimbulkan gejala ringan seperti batuk, demam, dan pilek bahkan ke gejala yang berat seperti pneumonia.

Selain kasus mengenai Covid-19 ini ada juga kasus yang diakibatkan dari penyakit zoonosis, yaitu Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung.

Flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Avian Influenza tipe H5N1 yang diyakini berasal dari unggas yang terinfeksi.

Penginfeksian virus ini melalui aerosol/lendir/cairan dari unggas yang sakit dan ketika menginfeksi manusia akan menyebabkan gejala seperti demam, radang pernafasan atas, batuk, nyeri tenggorokan hingga pneumonia.

Zoonosis pada manusia dan hewan adalah faktor yang dapat menurunkan kesehatan hewan juga kesehatan manusia. Zoonosis tersebut harus dipikirkan tindakan pencegahan dan pengobatannya sehingga kasusnya tidak semakin merebak.

Ecohealth adalah konsep yang sudah dipatenkan dengan melibatkan bidang keilmuan yang beragam, berupa ilmu multidisiplin juga ilmu transdisiplin, saat menyikapi permasalahan merebaknya penyakit zoonosis.

Baca juga:  Sebuah Catatan yang Terserak, Bobby Jayanto dan Misteri Si Kulit Hitam

Konsep bukan hanya mempelajari dan mengatur kesehatan manusia, hewan serta kondisi lingkungan, tetapi juga kondisi ekosistem yang melingkupinya.

Dengan adanya konsep tersebut, yakni melakukan tindakan komprehensif berdasarkan hubungan, antara komponen yang berkaitan berdasarkan tahapan berkembangnya dan penularan penyakit zoonosis, oleh karena itu dapat dilakukan analisis terhadap faktor komponen penyakit tersebut, penularan, dan pencegahan.

Menghadapi perubahan tatanan revolusi global, manusia satu dengan yang lainnya, dengan binatang peliharaan mereka, seperti ternak serta satwa liar. Begitu pun hubungan dengan sosial juga lingkungan ekologi dimana memerlukan pendekatan integrasi kesehatan hewan juga pertanggungjawaban sosial serta lingkup lingkungan.

Berdasarkan fakta yang sudah dianalisis terkait Ecohealth yang terintegrasi saat menyikapi masalah ini. Zoonosis yang muncul dan muncul kembali diakibatkan, oleh beberapa faktor di antaranya merupakan terjadinya perubahan iklim (pemanasan global), serta deforestasi yang mempengaruhi perubahan tatanan ekosistem.

Konsep Ecohealth Sebagai Pengendalian Zoonosis

Konsep Ecohealth merupakan suatu solusi, untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh patogen zoonotik.

Adapun gagasan yang dicetuskan oleh konsep Ecohealth ini yaitu dengan melakukan pendekatan multidisiplin hingga transdisiplin secara lokal, nasional ataupun global.

Yang membahas mengenai pentingnya kesehatan manusia, sekaligus memberikan perhatian secara mendalam terhadap kondisi hewan dan konservasi yang ada di lingkungan sekitar.

Salah satu contohnya yaitu dengan tidak mengganggu habitat alami hewan dengan melakukan perburuan liar, ataupun melakukan deforestasi yang membuat ekosistem menjadi tidak seimbang.

Penyebaran virus yang disebabkan oleh zoonosis membuat banyak kerugian, dan korban baik dari segi ekonomi ataupun dari segi makhluk hidup dalam hal ini hewan maupun manusia.

Dampak ini secara tidak langsung menimbulkan hal positif dimana manusia menjadi sadar akan pentingnya pencegahan dan pengendalian zoonosis.

Penyebaran penyakit zoonosis menjadi hal penting yang harus diperhatikan agar dapat memutus rantai penyebarannya. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dan kontrol yang baik dari pemerintah tanpa terkecuali masyarakat.

Maka dari itu, dengan memadukan ilmu kesehatan, ekologi dan konservasi biologik secara bersamaan dibentuklah suatu konsep kesehatan dari segi ekosistem atau disebut juga Ecohealth.

Konsep Ecohealth atau Ecosystem Health dapat didefinisikan, sebagai pendekatan sistematis untuk pencegahan, diagnostik dan prognostik aspek manajemen ekosistem dan untuk memahami hubungan antara kesehatan ekosistem dan kesehatan manusia.

Ecohealth ini merupakan hasil dari perluasan konsep yang sudah ada yaitu konsep one health. Ecohealth dicetuskan, untuk mengamati pembangunan berkelanjutan yang diarahkan sebagai perwujudan bentuk konektivitas antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.

Konsep ini memperluas jangkauan ke seluruh ekosistem yang ada termasuk ekosistem hewan liar (wildlife) maupun lahan kering kepulauan.

Dalam konsep Ecohealth ini satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa perubahan iklim (climate change) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan penyakit-penyakit zoonosis.

Pengkajian perubahan-perubahan lingkungan baik secara biologi, fisik, sosial, dan ekonomi memiliki manfaat, untuk mengetahui bagaimana perubahan-perubahan tersebut berdampak terhadap kesehatan manusia, merupakan salah satu kegiatan dalam konsep Ecohealth.

Ecohealth ini menerapkan pendisiplinan ilmu baru, yang muncul dalam mempelajari bagaimana perubahan ekosistem atau lingkungan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Di Indonesia, pengendalian zoonosis dengan konsep Ecohealth ini dilakukan dengan mempersatukan berbagai kalangan profesi seperti ahli konservasi, dokter, ahli ekologi, dokter hewan, ahli ekonomi, ahli sosial, ahli perencanaan dan lain sebagainya.

Tanpa terkecuali masyarakat, untuk mempelajari dan memahami secara komprehensif bagaimana perubahan suatu ekosistem dapat berdampak, negatif bahkan mengancam kesehatan manusia dan hewan itu sendiri. ***

example bannerexample banner

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini