Site icon Harian Kepri

Angka Prevalensi Stunting Kepri Turun, Hasan: Pemprov Optimis Target Tercapai

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadiskominfo) Kepri, Hasan-f/zulfikar-hariankepri.com

TANJUNGPINANG (HAKA) – Angka prevalensi stunting di Provinsi Kepri sepanjang periode 2022 – 2023 mengalami penurunan.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kepri, Hasan, mengatakan, pada periode tersebut angka prevalensi stunting di Kepri turun sekitar 2,2 persen.

“Pada tahun 2022 angka pravelensi stunting di Kepri di angka 17,6 persen, kemudian di tahun 2023 turun menjadi 15,4 persen,” katanya, kepada hariankepri.com, Rabu (21/8/2024).

Atas kondisi itu, Pemprov Kepri ujarnya, optimis di tahun 2024 ini, angka prevalensi stunting di Kepri bisa kembali turun sekitar 5 persen.

“Sehingga kita optimis dapat mencapai target penurunan prevalensi hingga 10,20 persen di tahun 2024 ini,” sebutnya.

Menurutnya, target tersebut bisa terwujud. Hal ini, dapat dilihat berdasarkan, data di mana dari tujuh kabupaten/kota di Kepri, lima kabupaten/kota angka prevalensi stuntingnya di periode 2022 – 2023 mengalami penurunan.

Lebih lanjut dia menjabarkan, untuk di Kabupaten Karimun, di mana angka stunting menurun dari 17,6 persen di tahun 2022 menjadi 13,3 persen di tahun 2023. Kemudian, Kota Tanjungpinang dari 18,8 persen di tahun 2022 menjadi 15,7 persen di tahun 2022.

Selanjutnya, Kabupaten Kepulauan Anambas, di tahun 2022 21,7 persen menjadi 14,0 persen di tahun 2023. Kabupaten Lingga di tahun 2022 25,4 persen, turun menjadi 18,9 persen di tahun 2023. Kemudian, Kabupaten Natuna dari 18,9 persen di tahun 2022 menjadi 16,1 persen di tahun 2023.

“Dari lima kabupaten/kota itu, hanya Kota Batam yang mengalami kenaikan dari 15,2 persen di tahun 2022 menjadi 16,1 persen di tahun 2023,” ungkapnya.

Hasan melanjutkan, berdasarkan data tersebut, saat ini Provinsi Kepri menjadi salah satu provinsi dengan penanganan stunting yang efektif di Indonesia.

Pemerintah Provinsi Kepri, lanjutnya, juga akan terus memperkuat koordinasi antar Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di berbagai tingkatan, serta memberikan perhatian khusus kepada keluarga berisiko tinggi.

“Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan ini,” pungkasnya.(kar)

Exit mobile version