BATAM (HAKA) – Gubernur Kepri, Ansar Ahmad optimis, rencana pembangunan Jembatan Batam – Bintan (Babin) menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Pusat.
Menurut, Ansar saat ini pembangunan jembatan yang akan menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan itu telah menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN).
“Sehingga pembangunan jembatan ini betul-betul diperhatikan oleh Pemerintah Pusat agar dapat terealisasikan pembangunannya dan tanpa ada pembengkakan biaya selama pengerjaanya,” katanya dalam Postcast The Socrates Fondation, pada, Sabtu (24/8/2024).
Ansar melanjutkan, salah satu hal yang melatarbelakangi pembangunan jembatan itu tak lain untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di Kepri. Karena, kata dia, kehadiran jembatan tersebut akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau.
“Sehingga Kepri dapat tumbuh semakin maju lagi, bahkan Pemerintah Pusat menyebutnya akan menjadi Permata Biru Ekonomi di Utara Indonesia,” sebutnya.
Orang nomor satu di Provinsi Kepri itupun berharap kepada seluruh elemen masyarakat Kepri, untuk dapat membantu dengan memberikan dukungan serta doa agat rencana pembangunan tersebur bisa berjalan lancar.
“Jika tidak ada halangan akan kita mulai pelelangannya pada awal tahun depan,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, saat ini rencana pembangunan Jembatan Babin tersebut, telah masuk dalam pengeboran pengambilan sampel tanah.
Proses pengeboran sampel tanah itu sendiri telah berlangsung sejak Senin (27/5/2024) yang dilakukan secara simbolis oleh Gubernur Ansar Ahmad di di atas kapal Trinity Surveyor.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Stanley CH Tuapattinaja menjelaskan, kegiatan pengeboran dan pengambilan sampel tanah dasar laut itu bertujuan untuk melengkapi readiness criteria rencana pembangunan Jembatan Babin.
“Karena dari desain awal yang dibuat oleh Pemda, setelah dicek oleh komisi keselamatan jalan dan jembatan di Kementerian PUPR, ternyata ada titik yang menurut dari Kementerian harus diambil. Makanya inilah dilakukan,” paparnya.
Stanley melanjutkan, pengambilan sampel tanah ini akan dilakukan di 19 titik lokasi. Yakni, 17 titik di Batam ke Tanjung Sauh.
“Lalu dua titik lagi di antara Tanjung Sauh ke Bintan,” jelasnya.
Proses pekerjaan penyelidikan tanah ini akan berlangsung selama 6 bulan yang akan dilakukan oleh Java Offshore selaku pemenang lelang proyek ini.
“Kegitan ini bersumber dari APBN dengan nilai kontrak Rp 68 miliar,” pungkasnya.(kar)