TANJUNGPINANG (HAKA) – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Singapura, Suryo Pratomo, bersilaturahmi dengan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) Provinsi Kepri, di Hotel Aston Tanjungpinang, Kamis (21/7/2022) sore.
Suryo Pratomo yang merupakan Ketua Dewan Pembina Pengurus Cabang HA IPB Singapura ini menerangkan, sejumlah potensi ekspor pangan untuk kebutuhan masyarakat Singapura.
Ia mengungkapkan, bahwa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan perang di Ukraina, dan krisis global yang terjadi saat ini khususnya, di bidang pangan dan ekonomi.
“Negara Singapura sangat mengharapkan Indonesia, sebagai pemasok kebutuhan dasar di sana,” ucap Suryo.
Menurutnya, secara umum Indonesia pernah menjadi pemasok kebutuhan masyarakat Singapura pada tahun 1970-an hingga 1998. Yakni, mulai produk buah-buahan maupun sayur-sayuran.
Namun, para pengusaha Indonesia tidak mampu meningkatkan kualitas produk pertanian dan peternakan. Ini artinya, negeri ini harus menerapkan standar tata kelola kualitas produk yang diinginkan dunia internasional ,termasuk Singapura.
Hal itu kata Suryo, menjadi problem. Di antaranya, Indonesia tidak lagi memperhatikan penggunaan pestisidanya untuk produk pertanian. Kemudian di bidang perikanan, penggunaan formalinnya tidak sesuai.
“Ini membahayakan kesehatan masyarakat Singapura. Sehingga Indonesia tidak lagi menjadi pemasok terbesar ke Singapura,” tuturnya.
Hanya tersisa satu produk dari Indonesia yang menjadi kebutuhan Singapura. Yakni ternak Babi dari Pulau Bulan, Batam.
“Itu pun diatur kualitasnya oleh Otoritas Pangan Singapura sesuai standar tata kelola mereka,” jelasnya.
Nah, ketika Singapura krisis daging Ayam karena Malaysia menutup keran ekspor produk belakangan ini. Negeri Singa itu, kebingungan untuk memenuhi permintaan rakyatnya. Sebab, masyarakat Singapura sangat meminati khas makanan chicken rise (bahan ayam potong segar).
“Sehingga mereka beralih atau mendatangkan daging ayam segar dari Brazil,” jelasnya.
Jika Indonesia kembali memasok produk ayam ke Singapura. Maka, kata Suryo, harus mendapatkan izin sertifikasi standar produk pangan dari Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura.
Krisis pangan ayam itu, menjadi peluang besar bagi Indonesia. Sehingga, dirinya bersama Pemerintah Pusat melalui kementerian terkait melakukan pertemuan dengan Pemerintah Singapura, untuk mengatur skema ekspor produk tersebut.
“Kami (Dubes RI Singapura) telah mengubungi Badan Pangan Singapura (SFA), agar bisa Singapura mengirim tim untuk memeriksa pengelolaan peternakan ayam ke Indonesia,” ceritanya.
Akhirnya, 20 Juni 2022. SFA mengutus tim ke Indonesia. Sementara, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta akhir bulan Juni itu, harus ekspor ayam.
“Dan ternyata akhir bulan. Alhamdulillah, itu tim Singapura merespon cepat. Sehingga, pada 31 Juni 2022 menerbitkan izin sertifikasi nya,” tambahnya.
Setelah mendapatkan izin ekspor, sambung Suryo, secara teknis tinggal hubungan bisnis antara pengusaha Indonesia dan Singapura. Di antaranya, mulai dari volume ayam hingga harga untuk pangsa pasar negara tetangga itu.
“Jadi yang mendapat sertifikat ekspor daging ayam ada dua peternakan Indonesia yakni, PT Charoen Pokphand Indonesia dan PT Japfa,” sebutnya.
Alhasil hari ini Kamis (21/7/2022) sekitar pukul 11.00 waktu Singapura. Peternak Indonesia yang mendapatkan izin, telah mengekspor ayam segar ke negara itu.
“Sehingga tadi saya menunda keberangkatan ke sini, karena saya harus menghadiri ekspor perdana ayam itu masuk ke salah satu gudang di Singapura,” imbuhnya.
Hadir dalam pertemuan itu, Ketua DPD HA IPB Kepri, Rika Azmi, Sekjen DPD HA IPB Kepri Zulhidayat yang juga menjadi moderator pertemuan tersebut. Serta beberapa pengurus DPD HA IPB Kepri. (rul)