TANJUNGPINANG (HAKA) – Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang, AKP Rio Reza Parindra mengatakan, pihaknya telah menerima laporan atas nama Jaliuddin (49), korban penganiayaan di TPS 14, Kelurahan Batu 9, Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Saat ini, kata Reza, tengah melakukan proses penyelidikan dan melengkapi administrasi penyelidikannya, sesuai LP-B/139/XII/2020/Kepri/SPK-Res Tpi.
“Iya benar, laporannya kemarin, Kamis 10 Desember 2020,” ucap Reza dengan singkat kepada hariankepri.com, Jumat (11/12/2020).
Sementara itu, Jaliuddin menyampaikan, bahwa dirinya sebagai saksi di TPS 14 itu, untuk Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri nomor urut 1, Soerya-Iman (SInergi).
Ia mengungkapkan, usai perhitungan suara dirinya mendapat penganiayaan (dikeroyok) oleh sejumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 14, Kelurahan Batu X.
“Saya dikeroyok, dikepung, dipukul, ditendang sekitar 7 orang KPPS,” ucap Jaliuddin sambil merintih kesakitan.
Jaliudin pun menceritakan kronologi kejadiannya. Pagi itu dirinya datang ke TPS tersebut untuk menyerahkan surat saksi Paslon SInergi ke panitia KPPS.
Ia pun langsung bertanya kepada KPPS, berapa total kertas suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri sebelum dicoblos oleh wajib pilih?.
“Salah seorang KPPS menjawab, lihat di papan informasi sebanyak 221. Oke makasih pak,” cerita Jaliuddin menirukan jawaban KPPS saat itu.
Masih suasana pencoblosan, Jaliuddin yang biasa disapa Uddin ini, menyaksikan seorang perempuan bersama seseorang yang diduga anaknya datang mencoblos menggunakan kendaraan roda empat. Ia pun sontak menanyakan identitas kependudukan kedua orang itu kepada KPPS.
“Saya tanyakan lagi sama KPPS. Mereka jawab diam aja,” cerita Uddin.
Ringkas cerita sampailah pada penghitungan suara yang dilakukan oleh KPPS bersama saksi lainnya dan sejumlah warga. Sisa kertas suara 77 lembar, sedangkan kertas yang dicoblos di bilik suara sebanyak 144.
“Sekali kami hitung ternyata beda jumlah, menjadi 145. Saya tanyakan lagi, kok ada sisa pak? Biasalah katanya. Pak jelasin dulu pak, saya tak paham. Jujur pak ada dari mana itu? terselip katanya,” cerita Uddin saat tanya jawab sama KPPS saat itu.
Akhirnya terjadi perdebatan panjang saat itu, sehingga ia memukul meja sekali namun tak merusak logistik pemilu di TPS.
“Langsung mereka berdiri hantam saya, dan saya lari dari meja ke luar dari dalam TPS. Di situ mereka mengeroyok saya ramai-ramai. Ada yang memegang, mukul, ada yang tendang dari belakang,” jelasnya.
Mereka berhenti menganiaya dirinya, setelah ada seorang perempuan di lokasi kejadian bersuara minta tolong untuk hentikan pengeroyokan itu.
“Ada ibu-ibu berkata tolong bapak itu, kasihan udah tua. Akhirnya ada seorang bapak-bapak datang bantu dan memisahkan,” terangnya.
Setelah itu, Uddin langsung pulang untuk membuat berita acara bahwa dirinya tak setuju hasil penghitungan tersebut.
“Saya juga berobat di Rumah Sakit RAT Provinsi Kepri, sekaligus diberikan visum untuk jadi bukti laporan ke Polisi,” imbuhnya. (rul)