Site icon Harian Kepri

Buruk Bagi Kesehatan, Dinkes Kepri Imbau Masyarakat Waspadai Bahaya Obesitas

Ilustrasi: Seorang pria tengah melakukan timbang badan. Dinkes Kepri mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya obesitas-f/arga-hariankepri.com

TANJUNGPINANG (HAKA) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri mengimbau kepada seluruh masyarakat, untuk mewaspadai bahaya obesitas.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit Dinkes Kepri, Raja Dina Iswanti mengatakan, obesitas adalah sesuatu keadaan, seseorang memiliki kelebihan lemak tubuh, sehingga dapat berdampak buruk pada gangguan kesehatan.

Obesitas sendiri sambungnya, sejatinya termasuk dalam jenis penyakit, layaknya seperti demam. Karena ke depan, pasti menimbulkan keluhan pada penderitanya.

Selain itu, obesitas bisa mengganggu aktivitas seseorang sekaligus menurunkan produktivitas. Contohnya, ketika naik tangga terasa nyeri sendi lutut akibat menanggung beban tubuh berlebih.

“Dampak kesehatan paling ditakutkan dari obesitas adalah mengganggu tekanan darah, sehingga bisa memicu penyakit jantung atau berhubungan dengan pembuluh darah,” katanya, kepada hariankepri.com, kemarin.

Lebih lanjut Dina mengutarakan, untuk menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak, dapat dilakukan melalui dua cara pemeriksaan.

Pertama, dengan mengukur lingkar perut. Dia menjelaskan, untuk standar orang dewasa laki-laki, apabila lingkar perutnya lebih dari 90 centimeter, sudah bisa dikatakan obesitas.

“Sedangkan perempuan, kalau lingkar perutnya lebih 80 centimeter, juga sudah termasuk obesitas,” jelasnya.

Pemeriksaan kedua, sambungnya, yaitu melalui pengukuran indeks masa tubuh atau IMT. Pengukuran cara ini dilakukan melalui berat badan berdasarkan kilogram, lalu dibagi tinggi badan kuadarat dalam meter.

“Bila hasil pembagiannya di kisaran 18-25, berarti normal. Jika hasil pembagiannya 25 -27 gemuk, dan lebih dari 27 itu obestitas,” paparnya.

Menurutnya, berdasarkan penelitian, obesitas bisa terjadi antara lain karena faktor genetik. Dari satu orangtua, lanjutnya, obesitas akan meningkatkan 40 sampai 50 persen risiko keturunan obesitas.

“Kalau dua orang tua obesitas, maka 80 persen keturunan juga bisa terkena obesitas,” sebutnya.

Kemudian, faktor lingkungan juga lanjutnya bisa menjadi penyebab terjadinya obesitas. Misalnya, minim tempat bagi pejalan kaki atau bersepeda, sehingga lebih banyak berkendara sepeda motor meskipun dengan jarak relatif dekat.

“Jadi, lingkungan juga ikut mempengaruhi ke arah obesitas,” ucapnya.

Selanjutnya, faktor perilaku hidup tak sehat, juga mendukung terjadinya obesitas. Seperti, pola makan dengan gizi tak seimbang.

“Perilaku kurang atau tidur berlebihan hingga stres, juga dapat memicu obesitas,” tuturnya.

Sejatinya, sambungnya, obesitas dapat diantisipasi sejak dini. Caranya, dengan cara menerapkan pola hidup sehat, di antaranya tidur yang cukup.

“Rata-rata durasi tidur yang baik bagi orang dewasa itu 8-9 jam per hari,” ujarnya.

Kemudian, untuk menghindari terjadinya obesditas, juga diusahakan untuk aktif dalam keseharian dengan menghindari hidup berleha-leha. Misalnya, melakukan aktivitas rutin olahraga 150 menit dalam seminggu atau 30 menit per hari.

Selain itu, lanjut Dina, upayakan untuk menghindari konsumsi makanan kurang sehat, seperti makanan tinggi gula dan garam kalori. Ia menyarankan, sebaiknya, makanan yang disajikan keluarga di rumah.

“Karena makanan tersebut biasanya lebih sehat dan tentunya memenuhi kaidah nurtisi untuk kesehatan,” pungkasnya.(kar)

Exit mobile version