Site icon Harian Kepri

Gubernur Kepri Terus Tata Pulau Penyengat Jadi Destinasi Wisata Religi

Wisatawan ketika berkunjung ke Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang-f/zulfikar-hariankepri.com

TANJUNGPINANG (HAKA) – Ada istilah yang berkembang di tengah masyarakat Kota Tanjungpinang kepada para pendatang, yaitu, “Belum ke Tanjungpinang, bila belum berkunjung ke Pulau Penyengat.”

Jika ditelisik lebih jauh, istilah atau ungkapan itu memang ada benarnya. Sebab, segala bentuk kebudayaan Melayu yang kini berkembang di Kota Tanjungpinang, bahkan Provinsi Kepri pada umumnya, semuanya berasal dari Pulau Penyengat.

Dalam catatan sejarah, pulau yang awalnya merupakan hadiah perkawinan Sultan Mahmud Riayat Syah kepada Engku Putri itu pernah menjadi pusat Kerajaan Melayu Riau-Lingga pada tahun 1900.

Selama menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Melayu Riau-Lingga, pulau yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Kota Tanjungpinang tersebut, berdiri sejumlah bangunan-bangunan bersejarah, seperti, Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Benteng Bukit Kursi, Istana Kantor, dan Gudang Mesiu.

Selain itu, Pulau Penyengat juga telah melahirkan sejumlah tokoh penting yang melahirkan karya penting. Beberapa karya monumental yang lahir di Pulau Penyengat, yakni, Gurindam 12, Kitab Pengetahuan Bahasa dan Bustan Al Katibin.

Ketiga karya itu diciptakan oleh pujangga asal Pulau Penyengat, Raja Ali Haji yang sekarang dikenal sebagai Bapak Bahasa Nasional sekaligus salah satu pahlawan nasional dari Pulau Penyengat.

Kini, seiring perkembangan waktu, Pulau Penyengat telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata religi dan budaya di Provinsi Kepri.

Hampir setiap pekan, pulau ini kerap dikujungi oleh wisatawan baik luar maupun dalam negeri yang datang untuk melihat secara langsung jejak peninggalan sejarah Kerajaan Melayu Riau-Lingga.

Agar pulau ini bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Kepri, Pemerintah Provinsi Kepri, dalam beberapa tahun terakhir ini semakin gencar melakukan revitalisasi sejumlah fasilitas umum serta situs-situs cagar budaya di pulau tersebut.

Becak motor bertenaga listrik tengah menunggu wisatawan di depan Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang-f/dian-hariankepri.com

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad mengatakan, revitalisasi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menjadikan Pulau Penyengat sebagai destinasi wisata religi dan budaya unggulan di Kepri.

“Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau telah berkomitmen Pulau Penyegat akan terus diperindah. Supaya pulau ini menjadi destinasi wisata religi dan budaya unggulan,” katanya, kepada hariankepri.com, Jumat (5/1/2024).

Ansar menyatakan, di tahun anggaran 2024, revitalisasi Pulau Penyengat akan terus dilanjutkan. Revitalisasi yang dilakukan tidak hanya sebatas pada pembangunan fisik tapi juga pelestarian budaya dan sejarah Melayu-nya.

“Kita yakini, jika ini dilakukan tentu akan menarik lebih banyak wisatawan dan bisa meningkatkan ekonomi lokal,” sebutnya.

Khusus untuk pembangunan fisik, di tahun anggaran 2024 Pemprov Kepri telah mengusulkan anggaran sebesar Rp 24 miliar ke Pemerintah Pusay untuk merevitalisasi Balai Adat Indera Sakti, dan pembangunan beberapa ruas jalan di pulau tersebut.

“Kita juga usulkan anggaran Rp 90 miliar untuk pembangunan Monumen Bahasa Nasional,” jelasnya.

Selain itu, sambungnya, sebagai upaya untuk memperindah Pulau Penyengat, di tahun anggaran 2024 ini Pemprov Kepri juga akan mengadakan 16 unit becak motor listrik kepada para penambang becak motor (bentor) di Pulau Penyengat.

“Dengan adanya becak listrik itu, kami yakin nilai wisata di Pulau Penyengat akan semakin menarik bagi wisatawan, dan dapat memajukan sektor pariwisata di Kepri,” pungkasnya.(kar)

Exit mobile version