Pada hari ini, Dunia memperingati Hari Keterampilan Pemuda Sedunia. Tanggal 15 Juli ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Keterampilan Pemuda Sedunia sebagai isyarat komitmen Dunia untuk terus membekali para pemuda dengan keterampilan untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan.
Oleh karenanya sejak itu, berbagai negara memanfaatkan momentun peringatan Hari Keterampilan Pemuda Sedunia dengan memberikan kesempatan luas terwujudnya dialog antara pemuda, lembaga pendidikan dan pelatihan teknis/kejuruan, perusahaan, organisasi pengusaha dan pekerja, pemangku kepentingan selaku pembuat kebijakan dan mitra pembangunan.
Semangat peringatan Hari Keterampilan Pemuda Sedunia di Indonesia harus senafas dengan semangat yang dibawa Indonesia dalam pertemuan presiden G-20. Presiden Jokowi menyerukannya didalam dalam Sidang Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa yakni dengan visi “Recover Together, Recover Stronger”.
Beliau meminta negara-negara di dunia tetap solid mengatasi pandemi Covid-19 agar perekonomian bisa pulih bersama, dan tidak ada negara yang mendahulukan kebijakan ‘Me first’ atau kepentingannya lebih dulu di masa sulit ini. Oleh sebab itu semua kerja sama dan kemitraan antar negara harus diperkuat.
Pantas kiranya agar peringatan Hari Keterampilan Pemuda Sedunia di Indonesia menjadi momentum untuk dapat bekerja diluar kebiasaan. Karena tidak mungkin lagi melanjutkan pembangunan pendidikan dengan pola business as usual.
Kerja sama dan solidaritas antara semua pihak harus dipertebal dalam konteks ketahanan dan kreativitas pemuda Indonesia untuk melalui krisis yang menantang saat ini karena PANDEMIC Disruption yang sedang berlangsung, DIGITAL Disruption, dan MILLENNIAL Disruption.
Pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyelenggaran pendidikan keterampilan bagi kaum muda khususnya pendidikan vokasi di Indonesia harus sudah berpikir, dan melaksanakan bagaimana menciptakan sebuah sistem Pendidikan Vokasi mampu beradaptasi dengan pandemi dan resesi, memikirkan bagaimana sistem pendidikan vokasi tersebut dapat berpartisipasi dalam pemulihan, dan membayangkan prioritas yang harus diadopsi untuk Indonesia pasca-COVID-19.
Oleh karenanya, pembuat kebijakan harus berani keluar dari program tahunan (business as usual) yang disusun ketika sebelum pandemi berlangsung. Karena hal ini penting bagi semua pemangku kepentingan untuk memastikan kesinambungan pengembangan keterampilan, terutama melalui pelatihan jarak jauh, untuk menjamin keselamatan peserta pelatihan dan pekerja, dan untuk memperkenalkan pelatihan program untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, misalnya di bidang kesehatan.
Rencana pemulihan perlu menjamin pendanaan untuk pengembangan keterampilan, dan untuk mengembangkan program bagi kaum muda pelatihan untuk atau dipekerjakan di sektor yang terkena dampak paling parah.
Lebih lanjut ada 12 inisiatif kegiatan dalam Kerangka kerja keterampilan inti untuk hidup dan bekerja di abad ke-21 yang dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan pada pendidikan vokasi, yakni:
1. Peningkatan akses keterampilan bagi kaum muda
Memobilisasi semua mitra untuk kesempatan yang lebih banyak dan lebih baik bagi orang-orang untuk berlatih, dan untuk membuka investasi publik dan swasta di seluruh ekosistem industri dan keterampilan.
2. Penyediaan Data dan Informasi Intelijen terkait kebutuhan keterampilan
Untuk menyiapkan suatu keterampilan untuk suatu pekerjaan, diperlukan informasi ‘real-time’ secara online terkait tentang permintaan kebutuhan suatu keterampilan tertentu, termasuk di tingkat regional dan sektoral. Selanjutnya dibutuhkan penggunaan analisis data besar tentang lowongan pekerjaan dan menyediakannya kepada publik secara luas.
3. Peningkatan kegiatan “Upskilling” nasional yang strategis
Pendekatan ini memilik makna yang lebih strategis untuk migrasi secara legal dalam penyelenggaraan kegiatan, berorientasi pada upaya menarik dan mempertahankan talenta yang lebih baik.
4. Pola Pendidikan dan pelatihan kejuruan masa depan
Mengambil pendekatan baru untuk menjadikan pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih modern, menarik bagi semua pelajar, fleksibel dan sesuai untuk era digital dan transisi hijau.
5. Inisiatif Perguruan Tinggi Vokasi dalam peningkatan keterampilan para ilmuwan
Membangun aliansi transnasional jangka panjang antara institusi pendidikan tinggi di seluruh Indonesia dan mengembangkan seperangkat keterampilan utama bagi para peneliti.
6. Keterampilan untuk mendukung transisi hijau dan digital
Mengembangkan serangkaian keterampilan kelestarian lingkungan, pemantauan statistik penghijauan tempat kerja, meningkatkan keterampilan digital melalui Rencana Aksi Pendidikan Digital dan kursus pelatihan TIK.
7. Meningkatkan lulusan STEM, menumbuhkan kewirausahaan dan keterampilan transversal
Perlu mendorong kaum muda, terutama wanita, ke dalam penguasaan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika. Selain itu perlu memperkuat dukungan bagi pengusaha dan perolehan keterampilan transversal seperti kerjasama dan berpikir kritis.
8. Keterampilan untuk hidup
Di luar pasar tenaga kerja, diperlukan dukungan pembelajaran orang dewasa untuk semua orang — kaum muda dan orang dewasa — tentang isu-isu seperti literasi media, kompetensi bangunan, literasi keuangan, lingkungan dan literatur kesehatan.
9. Inisiatif akun pembelajaran keterampilan individu
Perlu untuk mengeksplorasi apa dan bagaimana pelatihan lebih fleksibel dan dapat dilakukan dimana saja namun kualitasnya dapat dijamin agar membantu merangsang pembelajaran seumur hidup untuk semua.
10. Pendekatan mikro kredensial vokasi
Lamanya waktu pelatihan/keterampilan menjadi lebih pendek dan lebih bertarget serta sering kali online. Perlu dibuat standar kompetensi terbaru yang akan membantu mengenali hasil-hasil pelatihan tersebut.
11. Platform Paspor Keterampilan
Paspor keterampilan dikembangkan secara online serta dilengkapi panduan tentang penulisan CV, pekerjaan tailor made serta kesempatan belajarnya, dan informasi untuk mencari pekerjaan.
12. Perbaikan kerangka kerja untuk membuka kunci investasi
Kebermanfaatan banyaknya anggaran pendidikan vokasi yang dapat didorong untuk mengkatalisasi komponen sektor pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam keterampilan/kejuruan/vokasi. Namun hal itu perlu disertai dengan perbaikan transparansi terkait investasi keterampilan dan mekanisme pembiayaannya.***