TANJUNGPINANG (HAKA) – Stadion sepak bola Dompak yang dibangun sejak 2018 lalu pada Selasa, (7/4/2020) mendatang akan diresmikan.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kepri, Maifrizon menyampaikan, rencananya dalam momen peresmian itu, akan dirangkai dengan pemberian nama untuk stadion tersebut.
Untuk urusan nama kata dia, Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri telah memberikan tiga usulan nama. Ketiga nama itu yakni Biram Dewa, Arung Birawa, dan Sri Tri Buana.
“Dari ketiga nama itu salah satunya akan dipilih oleh Pak Gubernur untuk ditetapkan. Kita juga mengajak masyarakat untuk memberi masukan sebagai bahan pertimbangan Pak Gubernur untuk memilih nama yang pas untuk stadion kita,” katanya, Jumat (13/3/2020).
Bagi masyarakat yang ingin memberi masukkan, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui latar belakang ketiga nama yang diusulkan oleh LAM, untuk nama stadion sepak bola Dompak.
Berikut latar belakang ketiga nama itu menurut Budayawan Kepri yang juga Dekan FKIP UMRAH, Abdul Malik.
Pertama Biram Dewa. Berdasarkan catatan sejarah, kata Abdul Malik, Biram Dewa adalah nama sebuah pulau yang berada di Sungai Carang.
Di pulau itu sendiri kata dia, dahulunya berdiri sebuah istana yang cukup megah. Istana itu dibangun oleh Raja Haji Fisabilillah sebagai lambang kemakmuran Kesultanan Johor Pahang Riau Lingga pada tahun 1700-an.
Jika Biram Dewa merupakan nama sebuah tempat, untuk nama kedua, yakni Arung Birawa merupakan nama seorang tokoh pahlawan asal Bugis.
Malik menyebut, di masanya Arung Birawa dikenal sebagai tokoh yang gagah berani dalam memimpin perang, melawan Belanda pada 1820.
Arung Birawa juga kata dia, merupakan orang yang mengusulkan agar perkampungan orang Bugis yang waktu itu berada di Jalan Teuku Umar, pindah ke Senggarang atau yang kini dikenal dengan nama Kampung Bugis.
Nama yang terakhir, yakni Sri Tri Buana. Ia menyampaikan, Sri Tri Buana merupakan nenek moyang orang Melayu. Ia juga kata Doktor Filsafat Kesusastraan Melayu ini adalah seorang Sultan Kerajaan Bintan.
Sri Tri Buana sendiri kata Malik, berasal dari Bukit Siguntang Mahameru, Palembang. Sekitar abad ke-12 lanjutnya, Sri Tri Buana juga dikenal dengan nama Sang Sangka Purba itu melakukan perjalanan ke Kerajaan Bintan, yang waktu itu dipimpin seorang Sultan perempuan bernama Wan Sri Beni.
Dalam perjumpaan itu, Wan Seri Beni kata Malik, menikahkan anaknya yang bernama Putri Bintan. Setelah menikah, Wan Seri Beni pun menyerahkan kekuasaanya ke Sri Tri Buana.
Setelah menjadi Sultan Kerajaan Bintan, sekitar abad ke-13, Sri Tri Buana memindahkan pusat pemerintahannya dari Pulau Bintan ke Singapura.(kar)