Hariankepri.com, mengunjungi sebuah rumah di Jalan Sultan Machmud, Batu 3, Kelurahan Tanjungunggat, Kota Tanjungpinang, Kamis (15/10/2020) lalu.
Rumah ini diberi nama Istana Kopi Sekanak Dapoer Melayoe (Dapur Melayu) oleh sang pemilik kedai kopi, Datok Teja Alhabs, yang biasa disapa Datok Teja.
Ia juga merupakan seorang sastrawan, sekaligus dijuluki Presiden Penyair Melayu di Kepri.
Saat kami tiba rumah Sekanak Kamis pagi itu. Terlihat Datok Teja, duduk satu meja berbentuk bundar bersama dua orang rekannya. Di atas meja mereka, ada beberapa gelas kopi.
Lalu, kami pun dipersilahkan duduk oleh Datok, di salah satu ruangan yang berada sebelah kiri.
Di dalam ruangan kami melihat stiker baliho bertuliskan nama penyair ternama, Rida K Liamsi, menulis puisi untuk Teja, tentang kopi Sekanak. Kopinya para Raja.
“Pak Arga (GM hariankepri.com), tunggu di sini. Saya ngobrol sama kawan sebentar, setelah itu saya sini lagi,” ucap Datok Teja kepada kami.
Sekitar 10 menit kemudian, Datok datang dan duduk bersama kami berdua, satu meja. Singkatnya, Datok Teja mengatakan, sajian kopi di rumah ini, memiliki keunikan tersendiri, jika dibandingkan dengan kedai kopi pada umumnya di Indonesia, yang menawarkan konsep modern.
Bedanya. Di sini kata Datok, lebih menawarkan sajian konsep yang sarat dengan kearifan (nilai-nilai) budaya sejarah. Yakni, sepaket kopi Sekanak, yang konon kopinya para Raja, pada Kerajaan Melayu pada masa silam.
Tak lama kami duduk, satu paket kopi Sekanak tersaji di atas meja. Masing-masing di hadapan kami termasuk Datok Teja, ada 2 gelas kopi, secangkir air seri delima, dan segelas air akar tunggal, yang di dalamnya terdapat secancang laut dan secancang darat. Ditambah, kue batang buruk dan kayu manis serta sendok kecil.
“Pesan kopi Sekanak di sini, harus satu paket,” tutur Datok Teja, sambil tunjuk dan menyebutkan satu persatu gelas kopi Sekanak kepada kami.
Sebelum mengulas bagaimana tata cara meminum kopi di kedai Sekanak yang wajib diikuti oleh setiap pengunjung.
Terlebih dahulu simak sejarah singkat Kerajaan Melayu, hingga akhirnya Datok Teja, menemukan formula kopinya para Raja, untuk dijadikan sajian istimewa masyarakat, khususnya para penggiat kopi saat ini.
Kepulauan Riau (Kepri) terdiri dari 7 kabupaten/kota, yang sangat kental dengan kebudayaan Melayu. Wilayah inilah, dahulu salah satu jejak pusat kerajaan besar Melayu bertahta dan melahirkan budaya, yang dapat dilestarikan hingga saat ini.
Lingga adalah pusat pemerintahan Kerajaan Riau Lingga yang pernah berjaya sekitar 120 tahun. Dari sinilah cikal bakal lahirnya akar kearifan kehidupan sosial, adat istiadat serta budaya Melayu yang disebut Bunda Tanah Melayu.
Jejak Istana Kerajaan Riau Lingga, juga ada di Pulau Bintan termasuk Pulau Penyengat.
Artinya, Kerajaan Melayu tak hanya dikenal dengan budaya dan sejarah saja. Namun, masih tersimpan kekayaan khas kuliner termasuk sajian masakan dan minuman istimewa para Raja di masa silam.
Sajian konsep istimewa khas Melayu itu, sambung Datok Teja, berdasarkan berbagai catatan-catatan (literatur) maupun dokumen sejarah, serta informasi yang diperoleh, tentang ramuan dan rempah-rempah masakan makanan minuman istimewa Melayu.
Selain itu kata Teja, atas hasil diskusi secara intens dengan para pakar sejarah sastrawan, Hasan Junus maupun Datok Rida K Liamsi.
Sehingga, dirinya mengembangkan kuliner masakan istimewa para Raja yang diberi nama Dapur Melayu yakni, pusat oleh-oleh masakan istimewa Melayu di Tanjungpinang, pada Juni 1999 silam.
Seiring dengan berjalannya waktu, Datok Teja pun, mulai menyajikan kopi Sekanak yakni, kopinya para Raja, pada tahun 2012 silam.