Oleh : Robby Patria
Nada bicaranya lembut. Jarang tinggi. Tidak seperti badannya yang tinggi, Juramadi Esram selalu lembut bicara dengan siapapun.
Jika ada kepala daerah maupun pejabat sementara dan kepala dinas, di Kepri yang paling banyak gunakan sarung di saat bukan waktu salat, maka dapat dipastikan Juramadi Esram orangnya.
Maklum sebagai Ketua Nahdatul Ulama, Esram menyesuaikan tradisi NU yang banyak gunakan sarung layaknya di markas NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di Tanjungpinang, tak banyak pejabat yang gunakan sarung baik waktu ngopi dan kegiatan sosial. Esram terbiasa menggunakan sarung dan kopiah yang bertuliskan NU di bagian kopiahnya.
NU dan Esram terlihat melekat. Saat ini sebagai Ketua NU ia berusaha membangun kantor di Km 11 arah bandara. Dengan adanya kantor NU, Esram berharap bisa menjadi pusat dakwah di Tanjungpinang. Karena kader kader NU saat ini ada yang menjadi anggota DPRD, ada pejabat, bahkan wartawan pun ada.
Dari gedung baru itu nantinya pusat dakwah digerakkan. Saat ini kader kader NU menyebar di pelbagai lapisan.
Satu minggu menjadi Pjs Bupati Lingga ia diminta mengawal demokrasi di negeri Bunda Tanah Melayu. Sebagai putra daerah Lingga, Esram kena betul wilayahnya. Lama mengabdi di Balai Sejarah sebagai peneliti, Esram pun pindah ke Kota Tanjungpinang. “Dulu saya ada SK sebagai peneliti bidang kebudayaan,” katanya ketika mewakili Gubernur membuka Festival Sastra Internasional Gunung Bintan di Gedung Daerah Tanjungpinang, belum lama ini.
Jejak rekamnya di Tanjungpinang mulai dari Kabag Ekonomi, Kepala Badan Kesbangpol, Dinas Pariwisata, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Perdagangan. Puas di pelbagai jabatan, ia mengabdi pindah ke Lingga untuk menjadi Sekretaris Daerah.
Selain itu juga, ia menjadi tenaga pengajar di pelbagai kampus di Tanjungpinang seperti di STIE Pembangunan.
Dua tahun di Lingga sebagai ASN, dan menata administrasi di sana, Esram mencoba peruntungan menjadi Asisten Pemerintahan di Pemprov Kepri. Suatu jabatan strategis yang menjadi tumpuan Gubernur untuk urusan pemerintahan.
Jejak rekamnya sebagai birokrat senior membuat Isdianto memilih Esram yang juga pemegang lima gelar akademik.
Karir sarjananya dimulai di Fakultas Filsafat UGM. Jurusan ini tidak semua orang bisa menyelesaikan. Ia menulis soal Raja Ali Haji sebagai bahan skripsi.
Lulus dari UGM, Esram mengambil Magister Tata Kota (MT) dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Kemudian ia mengambil jurusan hukum di Lancang Kuning, lalu Magister Hukum di Uniba, dan puncak akademik gelar doktor hukum di Fakultas Hukum Unisula Semarang tahun 2019.
Dan Esram tercatat di Kepulauan Riau sebagai pejabat yang paling banyak gelar akademik dengan lima gelar. Ia dan istrinya juga doktor hukum. Meiyanti menyelesaikan S1 di UGM.
Bobby Janyanto, Wakil Ketua Komisi I DPRD Kepri salut dengan Esram. Sebagai rekan di Pemuda Pancasila, Bobby kenal baik dengan Esram. “Dulu dia mau berhenti dari PNS. Kita dorong dia terus kerja dengan baik. Sekarang Esram sudah jadi Pjs Bupati Lingga. Pencapaian yang luar biasa,” kata Bobby yang juga partnernya di Komisi I DPRD Kepri.
Selain menjadi birokrat senior, Esram pun salah satu pejabat yang kenyang pengalaman organisasi. Mulai dari Pemuda Pancasila, ICMI, NU, Kagama, dan banyak organisasi lainnya.
“Esram sama sama saya di Jogja dulu. Anaknya tekun. Karena kami sama sama dari Lingga bukan orang berada,” ujar Alias Wello, kawan Esram di Jogjakarta. Alias Wello membawa Esram menjadi sekda Lingga ketika Wello jadi bupati Lingga.
Seminggu menjadi kepala daerah, Ia terlihat mengunjungi pelbagai pihak yang terlibat di pilkada 2020. Siapa yang menyangka Esram baru beberapa hari dilantik sebagai Asisten Pemerintahan langsung ditunjuk menjadi Pjs bupati. “Saya kira Esram sudah kenyang pengalaman dan paham betul Lingga,” ujar Isdianto ketika menunjuk Esram.
Pernah menjadi kepala daerah walaupun dua bulan, mungkinkah akan mengubah langkah politik Esram di 2024, untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah Tanjungpinang?
“Saya fokus dulu selesaikan tanggungjawab pilkada Lingga berjalan sukses dan jurdil. 2024 masih lama,” ujar Esram.
2024, merupakan massa di mana Esram mulai persiapan pensiun sebagai ASN. Dengan pelbagai pengalaman birokrasi hingga ke Sekda dan Pjs Bupati Lingga, sepertinya sudah menjadi bekal cukup menjadi walikota Tanjungpinang atau wakil walikota.
Esram dan Rahma tentu tak dapat dibandingkan. Karena yang satu laki laki dan satu perempuan. Yang satu birokrat dan yang satu politisi pernah dari DPRD.
Dan Esram setiap ada waktu kosong atau libur selalu menikmati kopi di kedai kedai kopi di Tanjungpinang.
Itulah yang membedakan Walikota Tanjungpinang saat ini tak terbiasa ngopi dengan pelbagai lapisan masyarakat. Bahkan Ia membuat group khusus di WhatsApp agar tidak sulit menghubungi satu satu ketika ada jadwal kosong yang bisa untuk ngopi. Nama Group WhatsApp itu Muslim Cendekia. Selamat mengawal demokrasi Lingga, Pak Ketua.*