Beranda Opini

Kelestarian Budaya Melayu dan Ancaman Penambangan Bauksit

0

Di wilayah ini juga menjadi tempat kediaman Raja Haji Fisabilillah melawan penjajah Belanda. Peristiwa besar yang dikenang hingga sekarang adalah pada tanggal 6 Januari 1784, ketika kapal Belanda, Malakas Wal Faren berhasi ditenggelamkan. Tanggal yang kemudian ditasbihkan menjadi hari jadi Kota Tanjungpinang.

Kurangnya perhatian pemerintah, menjadi sangat ironis ketika wilayah ini justru dijadikan ajang wisata. Kemegahan Festival, setidaknya mengundang dua keresahan besar bagi mereka yang mengerti atau mempelajari sejarah diwilayah itu.

Pertama, kemegahan festival bersanding dengan runtuhnya atau tidak terawatnya cagar Istana Kota Piring.

Ironisnya adalah ketika istana tersebut menjadi tempat pengaturan strategi perang kerajaan besar Melayu, dibiarkan tidak terawat tapi justru menghamburkan uang dengan pesta pora.Tidak ada niat menghargai sejarah melalui keramaian tersebut.

Catatan kedua yang diresahkan adalah ketika justru budaya yang ditampilkan pada festival tersebut bukan merupakan budaya melayu.

Jenis perahu naga atau jenis perahu kreasi lainnya, takutnya justru merupakan jenis perahu yang diperangi dan dibenci oleh leluhur Kerajaan Melayu di wilayah tersebut. Museum Imam Hulu Riau dan kepalan tangan lemah perjuangan.

Kehadiran Bapak Wakil Gubernur di tanah cagar budaya untuk mengerem rakusnya penambang bauksit kiranya jangan hanya bersifat sementara saja.

Masyarakat budaya membutuhkan perhatian penuh pemerintah, untuk menata dan membangun kawasan cagar budaya di Provinsi Kepulauan Riau, Khususnya Kota Tanjungpinang.

Sudah lama Masyarakat yang bergabung dalam Lembaga Budaya Imam Hulu Riau, mengajak pemerintah dan seluruh sektor terkait untuk bersama-sama menjaga warisan leluhur di wilayah Sungai Carang.

Berdasarkan data Balai Cagar Budaya Batusangkar, setidaknya dalam radius satu kilo meter persegi, terdapat beberapa titik cagar budaya di wilayah Sungai Carang. Istana Kota Rebah, Istana Kota Piring, Makam Sultan Ibrahim, Makam Panglima Hitam, Kompleks Makam Beparit, Makam Putih, Makam Daeng Celak dan Makam Daeng Marewa.

Baca juga:  Mendambakan Keadilan Sosial

Jika diperluas lagi maka titik cagar budaya akan sampai ke makam-makam Raja-Raja lainnya di Tanjung Unggat, Sungai Timun hingga Kampung Bugis.

example bannerexample banner

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini