“Shift pagi untuk empat kelas dua shift dan siang dua kelas, siswa hanya 1 jam saja di sekolah,” paparnya.
Setelah mematau kondisi belajar di dalam kelas, Wan Aris menyempatkan diri berdialog dengan pihak Kepala Sekolah dan Pengawas SD Kecamatan Bunguran Timur.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas mengenai kendala proses pembelajaran. Di antaranya masih kurangnya lokal untuk menampung siswa.
“Akibatnya, pembelajaran di sekolah kami terbagi menjadi pagi dan siang, masih kurang sekitar 6 lokal lagi,” terangnya.
Ada hal yang menarik yang disampaikan oleh Pengawas SD Kecamatan Bunguran Timur, Suhardi.
Dia mengungkapkan kekhawatirannya, terhadap kondisi siswa. Mengingat peningkatan kasus Covid-19 di Tanjungpinang, takut berimbas kepada wilayah Natuna.
“Saya meminta pemerintah mempertimbangkan kembali proses pembelajaran tatap muka di sekolah,” ujarnya.
Menanggapi masukan-masukan tersebut, Wan Aris berjanji akan menyampaikannya kepada dinas terkait, supaya mendapatkan perhatian. (dan)