Di sisi lain, Kita sebagai warga Bangsa Indonesia juga harus berjuang di jalur kehidupan sebagai manusia di dunia. Bahwa hidup di dunia ini juga dilahirkan di atas rel perjuangan: perjuangan untuk hidup.
Perjuangan untuk memenuhi hak-hak orang lain. Perjuangan untuk hidup di atas jalan yang lurus sesuai aturan agama dan negara. Perjuangan untuk melawan godaan hawa nafsu dan rayuan setan.
Perjuangan untuk mengejar kehendak dan cita-cita. Termasuk, perjuangan untuk menyambung hidup itu sendiri, dengan nafas-nafas dunia dan pengharapan kembali kepada hari akhirat.
Setiap kita sebagai warga negara Indonesia, punya cara sendiri untuk hidup. Itu tak soal. Di jalan-jalan raya yang keras. Di kantor-kantor megah yang sejuk, di kampus-kampus dan sekolah-sekolah yang gegap gempita, di tengah samudera yang bergelombang, di sawah-sawah dan ladang-ladang yang tenang.
Di rumah-rumah yang pengap maupun lapang, di balik deru mesin-mesin industri yang bising, di dalam lorong panjang pertambangan yang mencekam, setiap hari, setiap waktu, setiap orang menyambung nafas-nafas kehidupannya.
Ada berjuta cara untuk hidup. Tetapi, perjuangan hanya kosakata untuk cara hidup yang lurus. Perjuangan hanya bahasa untuk pengorbanan yang benar.
Maka, menyambung hidup dengan cara kotor, licik, dan kerdil, sama sekali bukan perjuangan. Sampai pun bila hidup secara kotor lebih melelahkan dan lebih memakan pengorbanan.
Oleh karenanya, jangan pernah berkhianat. Sekecil apapun. Pengkhianatan tak akan mengantarkan siapapun ke taman kebahagiaan.
Bisa jadi manis di awalnya, tetapi sejarah tak pernah tersipu-sipu oleh kemanisan itu. Karenanya, sepanjang sejarah, para pengkhianat tak lebih seonggok sampah di tengah sungai khianat yang mengalir ke muara kehinaan.
Perjuangan tidak mengenal batas. Apa saja yang kita berikan untuk kebaikan Bangsa Indonesia adalah berjuang. Perjuangan adalah nafas dan naluri kehidupan setiap hari Bangsa Indonesia.
Warga negara Indonesia memang harus berjuang karena di sanalah habitat kebangsaan kita. Karena di sanalah tempat kita menabung untuk dipanen oleh anak cucu generasi penerus Bangsa Indonesia, sebagai amal jariyah atau kita panen sendiri di akhirat kelak sebagai amal kebaikan.
Ruang lingkup perjuangan memang luas. Seluas warna-warni kehidupan ini. Namun, setidaknya, ada empat bentuk peran perjuangan yang bisa dipilih oleh setiap warga negara Indonesia, dalam melanjutkan perjuangan Kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan kemampuan maksimal yang dapat ia usahakan.