Site icon Harian Kepri

Lingga Jajaki Industri Pengalengan Ikan di Banyuwangi

Proses pengalengan ikan di PT Sumber Yala Samudera

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) terus mencari terobosan untuk membangkitkan sektor perikanan di bumi “Bunda Tanah Melayu” itu.

Salah satunya dengan menjajaki kerjasama pengembangan industri pengalengan dan tepung ikan dengan PT Sumber Yala Samudra sebagai salah satu perusahaan pengalengan, tepung dan minyak ikan terbesar di Banyuwangi, Jawa Timur.

“Ini baru langkah awal untuk menjajaki rencana pengembangan industri perikanan di Lingga sesuai dengan agenda prioritas Bupati Lingga,” ungkap Kadis Kelautan dan Perikanan Lingga, Aang Abubakar dalam keterangan persnya usai melakukan pertemuan dengan manajemen PT. Sumber Yala Samudra di Muncar, Banyuwangi, Selasa (17/10/2017).

Menurut Aang, hasil pertemuannya dengan manajemen PT. Sumber Yala Samudra tersebut, segera dilaporkan ke Bupati Lingga, Alias Wello. Diharapkan, dalam waktu dekat ini, sudah ada pertemuan lanjutan yang mengerucut pada rencana aksi.

“Sudah ada beberapa pilihan-pilihan kerjasama yang ditawarkan. Namun, semua keputusannya akan dikonsultasikan dengan pak bupati. Doakan saja, semoga kerjasama ini bisa direalisir,” harapnya.

Hadir dalam rombongan tersebut, yakni Kepala Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Perdagangan Lingga, Raja Fahrurrazi, Konsultan Bupati Lingga, Ady Indra Pawennari, Kabid Industri Dinas Tenaga Kerja, Koperasi UKM dan Perindustrian Lingga, Mohammad Rahmayadi dan Staf Bappeda Lingga, Suma Selviyanto.

Direktur PT Sumber Yala Samudra, David Wijaya dalam pertemuan tersebut, mengatakan, perusahaan pengalengan dan tepung ikan yang dibangunnya sejak 47 tahun lalu itu, membutuhkan bahan baku ikan segar sekitar 300 ton per hari.

“Jenis ikan yang kami pakai untuk produk ikan kaleng ini adalah ikan Lemuru. Dulu, ikan ini cukup banyak di Selat Bali. Tapi, sekarang sudah mulai menghilang. Karena itu, sekarang kami impor,” ungkapnya.

Untuk menyiasati kelangkaan bahan baku itu, pihaknya terpaksa mendatangkan ikan Lemuru dari China, Jepang, Oman, Yaman dan Pakistan. Soal pemasaran produk, ia mengaku tak ada masalah. Bahkan, perusahaan yang dipimpinnya itu, belum bisa memenuhi permintaan pasar.

“Dulu, kami ekspor. Tapi, sejak tahun 2014, semua penjualan hanya untuk kebutuhan dalam negeri. Pasar terbesar kami Pulau Sumatera dan Kalimantan,” bebernya.

Menurut David, pabrik pengalengan ikan yang dibangunnya di atas lahan seluas 3,8 Ha itu, mampu menyerap tenaga kerja sekitar 700 orang yang dibagi atas tiga divisi kerja, yakni divisi pengalengan, tepung dan minyak ikan.

“Produk ikan kaleng ini kebanyakan untuk konsumsi di daerah perkebunan dan pertambangan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan tepung dan minyak ikan kebanyakan digunakan untuk bahan baku pakan ternak,” tambahnya.

Setelah mendengarkan paparan tentang potensi perikanan Lingga, David mengaku tertarik untuk kerjasama investasi di Lingga. Namun, ia berharap Pemerintah Kabupaten Lingga dapat menyiapkan fasilitas lahan, pelabuhan dan coldstored.

“Untuk pasar, gampang sekali. Yang penting, bahan bakunya ada. Saran saya, bangun coldstored saja dulu. Karena, coldstored itu bisa dipindahkan jika bahan baku tak mencukupi. Beda dengan pabrik pengalengan ikan, bangunannya permanen dan tak bisa dipindah,” sarannya.

Hadir mendampingi David saat menerima delegasi Lingga, yakni Kepala Divisi Produksi, Saori dan Kepala Divisi Quality Control, Ririn Aditama. (red)

Exit mobile version