TANJUNGPINANG (HAKA) – Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Pemprov Kepri, Tjetjep Yudiana menyebut, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD), menjadi ancaman nyata bagi masyarakat Kepri, ketimbang virus corona yang mematikan, yang saat ini ramai diperbincangkan.
“(Sehingga) saya lebih takut DBD dibanding corona, karena DBD ada di depan mata kita,” katanya, Senin (27/1/2020) awal pekan kemarin.
Ia menyebut, di awal 2020 ini sebanyak 70 kasus DBD yang terjadi di tujuh kabupaten/kota se-Provinsi Kepri.
Angka tersebut kata dia, tergolong tinggi. Selain itu, dari tahun ke tahun jumlah kasus DBD di Provinsi Kepri grafiknya terus meningkat. Kondisi itu tentunya cukup mengkhawatirkan.
“Karena itu, kasus DBD ini sangat perlu mendapat atensi khusus dari pemerintah maupun masyarakat,” sebutnya.
Lebih lanjut ia memaparkan, sepanjang 2019 lalu tercatat 800 kasus DBD terjadi di Provinsi Kepri. Dari jumlah itu, 80 orang di antaranya meninggal dunia. Angka itu lanjutnya, naik cukup signifikan jika dibanding 2018 yang mencapai 500 kasus.
Tjetjep mengatakan, tingginya kasus DBD di Provinsi Kepri sejak dua tahun terakhir ini, disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masing-masing.
“Kita menyarankan masyarakat untuk selalu melakukan langkah 3 M (menguras, menutup, dan mengubur,red) untuk membasmi jentik nyamuk. Pemerintah juga akan rutin melakukan fogging untuk membunuh nyamuk pembawa virus DBD,” tuturnya.(kar)