Site icon Harian Kepri

Ngerinya Covid-19, Yang Baru Dilantik Pun Dilantak

Oleh
Buana F Februari
Penggiat Kajian Covid-19

Hari Minggu lalu (26/7/2020). Satu hari sebelum acara pelantikan Gubernur Kepulauan Riau definitif, saya sempat terpikir untuk ikut hadir.

Karena hampir sepanjang tahun ini, saya tak ada meninggalkan Tanjungpening. Eh salah, Tanjungpinang.

Tersebab wabah yang diberi nama oleh WHO dengan codename, Covid-19. Namanya memang boleh tahan, tapi dampaknya itu tak ada yang tahan.

Jadi, sejak mutasi dari Kabupaten Lingga, saya praktis hanya jadi pelengkap di daftar absen Pemko Tanjungpinang. Tak ada kegiatan, dan tak ada SPPD. Dan satu lagi, tak ada tunjangan apapun. So, ya ikhlas mengabdi untuk negeri, cobaan…

Acara pelantikan yang dilangsungkan di Jakarta, tepatnya di Istana Negara, adalah alasan saya ingin ikut hadir. Tempat itu bukan tak pernah saya pijak, boleh dibilang hampir sering saya berlenggang di dalam maupun luar Istana.

Lebih 7 bulan saya jalani pendidikan di Lemhannas 6 tahun lalu, yang posisi mess saya sederetan dengan Istana dan Balai Kota. Jadi saya ingin melepas rindu, sambil memandang Monas, dan menyantap nasi goreng kambing Kebon Sirih.

Tapi apa nak dikata, tiket Garuda yang saya klik di Traveloka sudah sold out. Jadi, dengan sedikit kecewa saya tak dapat ikut pada pelantikan Gubernur Kepulauan Risau eh Kepulauan Riau, Senin (27/7/2020).

Alhasil, prosesi pelantikan hanya dapat saya saksikan lewat media sosial. Baik yang diupload secara resmi oleh Protokol Kepri, maupun yang di-share oleh kawan-kawan media dan yang ikut meramaikan.

Pokoknya, dari Senin pagi sampai ke malam cakap pasal pelantikan tu lah, kalau saya bilang “tak cukup syarat”. Sebab, Ketua DPRD Kepri tak hadir, pecah kongsi agaknya, entahlah..

Cerita berlanjut bukan sampai Senin malam saja. Begitu kembali ke Kepri, Gubernur Isdianto, yang kalau kami di lingkungan keluarga memanggil beliau pak Ngah, langsung disambut meriah di Bandara RH.

Pawai peristiwa mengiringi langkah sang Gubernur. Dari menyambangi istri Gubernur Sani yang tak lain Abang kandungnya, lalu takziah ke makam Sani Ayah Kita, makam ibunda beliau di Kijang pun tak luput dikunjungi.

Rangkaian prosesi adat tepuk tepung tawar juga menjadi satu pembuktian, Isdianto adalah Gubernur berdaulat.

Euforia pelantikan Gubernur Kepulauan Riau memang seperti tak sedang pandemi Covid-19 saja.

Sejak keluar Istana, tersiar rekaman Gubkepri dicipika cipiki oleh keluarga, pejabat OPD, baik yang definitif maupun yang sedang menunggu hasil seleksi open bidding.

Begitu pun para staf, ikut menyalami dengan mencium tangan. Ada sesi foto di ruangan sebuah hotel, yang juga terlihat banyak di antara mereka tak menggunakan masker atau pelindung wajah.

Mungkin karena sesi foto, dan supaya terlihat jelas sedang sama gubernur. Sehingga, masker pun dianggap mengganggu, dan jabat tangan langsung terjadi berulang-ulang. Pendek kata, pada santuy..

Kemeriahan itu kini menjadi berubah. Yang awalnya pada berkumpul dengan sorak dan tawa, sesak untuk mengantri bersalam dengan sang gubernur, kini malah berkumpul menjaga jarak dengan bermasker ketat, mengantri untuk diperiksa secara PCR Swab.

Ya. Gubernur Kepri memang telah dinyatakan positif terpapar Covid-19, yang didahului dengan terdeteksinya virus tersebut pada sejumlah staf terdekatnya.

Dan dalam beberapa hari ini diprediksi jumlah yang positif bakal bertambah. Mengingat, sekembalinya ke Kepri, gubernur langsung tancap gas menjalankan tugasnya, dan tak menyangka akan berdepan-depan dengan kenyataan, bahwa Covid-19 itu ada.

Dengan keadaan sekarang, timbul lah penyesalan dan bahkan umpatan, mulai ramai dibahas. Baik di media sosial maupun kedai kopi, banyak pihak menuding protokol kesehatan diabaikan.

Pihak Setneg dan istana buru-buru membantah. Pemprov Kepri juga merasa sudah menjalankan protokol kesehatan sebagaimana mestinya, namun apa nak di kata berbondong masyarakat yang antusias hadir di setiap acara Gubernur menandakan ia dicintai rakyatnya.

Jadi, bisa saja Gubernur justru tertular dari yang menjemputnya di bandara, dan bukan gubernur yang jadi biang kerok penyebar Covid-19 itu.

Tapi ya sudahlah tak usah kita saling menyalahkan, apalagi para staf gubernur yang sehari-hari melayani dan menunjang fungsi kedinasan, mereka bekerja sesuai protap dan Tusi nya, mereka bukan pengampuh.

Yang perlu diperhatikan sekarang adalah, bagaimana menghadapi serangan Covid-19 yang masuk fase gelombang kedua.

Saya sangat konsen mendalami tentang ini dengan rajin ikut Webinar secara online, sehari saya bisa ikut sampai 7 Webinar dan saya sangat fokus khusus yang mengkaji tentang Covid-19.

Tak heran di wall facebook saya, ada lebih dari ratusan e-sertifikat hasil kajian dan diskusi saya baik level Nasional maupun Internasional.

Ide saya soal pengunjung pasar yang diberi jadwal belanja berdasarkan nomor KTP genap/ganjil diadopsi Pemko Ambon, untuk di Tim Covid-19 Pemko Tanjungpinang saya tak bisa cakap, budak baru lah pulak, disangka tak bisa apa-apa.

Soal protokol kesehatan adalah hal yang wajib diterapkan dalam kondisi apapun. Pihak yang mengabaikan dapat dikenakan sanksi hukum. Karena, Covid-19 ini Pengaturannya dilakukan dengan penerbitan Undang-Undang (UU) No.2/2020.

UU yang populer disebut UU Covid-19 ini diteken Presiden Joko Widodo pada 16 Mei 2020 dan mulai berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu pada 18 Mei 2020.

Jadi Pemprov Kepri tak mungkin berani mengabaikan Protokol Kesehatan dalam setiap kegiatannya.

Pemerintah Provinsi Kepri harus segera mengambil tindakan preventif dan penanggulangan, pencegahan dilakukan untuk membatasi kegiatan keluar masuk wilayah.

Operasional tempat wisata dan publik kembali ditutup, semua bandara, pelabuhan dan terminal disiapkan pos Tes PCR, atau rapid tes secara gratis. Semua stok vitamin atau suplemen penambah imun tubuh yang menumpuk di gudang farmasi dibagikan kepada masyarakat.

Seluruh pemasok buah-buahan diborong komoditasnya dan dibagikan ke masyarakat, semua rumah makan Padang dijadikan dapur umum, seperti yang saya pelajari tentang strategi perang semesta. Sehingga, semua pihak ikut merasa terlibat berjibaku melawan Corona.

Pemerintah Provinsi Kepri dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kepri juga harus segera menyiapkan tempat isolasi bagi para PDP, ODP dan OTG yang sesuai standar. Bangunan sekolah/kampus dapat digunakan sementara waktu, atau bila anggaran mencukupi dapat menggunakan wisma atau hotel, untuk rumah singgah dalam proses isolasi.

Dan yang paling terpenting adalah, perhatian penuh pada rekan-rekan tenaga kesehatan. Karena, merekalah ujung tombak dalam perang ini.

Jangan sampai, akibat perhatian minim korban Covid-19 malah semakin bertambah. Ayo kita semua tetap semangat dan lindungi diri kita dan keluarga, dari bahaya Corona. Tengok lah yang baru dilantik saja dilantak.. ngeriii. ***

Exit mobile version