Site icon Harian Kepri

Niko Mengaku Dibayar Novel Baswedan, Siapa Dia?

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian

JAKARTA – Polri masih berupaya menemukan pelaku penyiram asam sulfat ke penyidik KPK Novel Baswedan.

Perkembangan terbaru, Polri menangkap Nico yang video pengakuannya disuruh memberikan keterangan palsu dalam kasus Akil Mochtar oleh Novel. Polri menduga penyiraman asam sulfat terkait kasus tersebut.

Dalam video yang berdurasi 2 menit 40 detik tersebut, Nico mengaku mendapat ancaman dari Novel Baswedan untuk memberikan keterangan palsu pada kasus Akil.

Bila tidak memberikan keterangan seperti yang diminta, maka dia dan keluarganya akan dipenjarakan.

Bahkan, dia menunjukkan adanya beberapa kali transfer uang dari Novel sebagai bagian dari perjanjian yang dilakukan.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, saat dilakukan penyelidikan deduktif atau memetakan masalah Novel yang mungkin menyebabkan penyiraman, muncullah video yang viral tersebut.

“Nico yang memviralkan videonya sendiri ini telah diperiksa,” jelasnya.

Kasus tersebut potensial untuk terhubung dengan penyiraman Novel. Nico sendiri mengakui keterangan palsu itu karena terjadi perpecahan dengan pamannya yang saat ini telah divonis satu tahun penjara dalam kasus Akil.

“Dia ingin netralisir hubungannya dengan pamannya Mochtar Effendi,” ungkapnya.

Saat ini sedang dilakukan verifikasi terhadap barang bukti yang dimiliki Nico. Rencananya dalam waktu dekat akan dilakukan pemaparan pada pimpinan KPK atas temuan tersebut. “Dirkrimum yang akan jelaskan semuanya,” ungkapnya.

Pengakuan mendadak Nico ini justru dinilai sebagai bentuk terror lain pada Novel Baswedan. Menurut Pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fikar Hajar, pengakuan yang diberikan sangat tidak logic.

”Karena, sangat bodoh kalau KPK kasih-kasih uang pakai transfer tersebut. Saya kira orang itu gila dan cari sensasi saja. Harus ditangkap,” ujarnya dihubungi kemarin.

Abdul Fikar menilai, terror ini sengaja dimunculkan agar orang yang diteror merasa takut. Sehingga, penyidikan perkara dihentikan.

”Jadi sangat mungkin teror ini dilakukan oleh pihak-pihak yang menghendaki terteror ketakutan, dalam hal ini berkaitan dengan korupsi yang terbaru,” tegasnya.

Polisi dengan infrastruktur yang cukup pun diminta tidak tebang pilih dalam penanganan kasus terror Novel. Siapapun yang berdasarkan bukti disinyalir sebagai pelaku, maka harus diproses.

”Polisi jangan tebang pilih menangani kasus chat pornografi yang tidak penting bagi masyarakat. Polisi harus terus berusaha maksimal,” ungkapnya. (jpnn.com)

Exit mobile version