Site icon Harian Kepri

Pemkab Natuna Mengklaim, Pengeboran Migas di Blok Tuna Ikut Untungkan Daerah

Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda menerima cinderamata dari Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut-f/istimewa

NATUNA (HAKA) – Kabar mengenai rencana pengeboran Migas di Blok Tuna, menjadi harapan besar bagi masyarakat Natuna termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna.

Pemkab Natuna berharap, selain pengeboran lepas pantai. Akan ada juga operasional di darat, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan infrastruktur yang anak menjadi sarana penunjang operasional kegiatan.

Kabag Sumber Daya Mineral Setda Kabupaten Natuna, Khaidir mengatakan, selain dana bagi hasil, Natuna nantinya akan diuntungkan dengan pajak daerah, dan dana CSR yang dapat mendukung program pemerintah.

“Selain DBH akan ada sumber-sumber pendapatan lain yang nantinya akan Natuna nikmati sebagai daerah penghasil,” ucapnya saat dijumpai di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Kabag Sumber Daya Mineral Setda Kabupaten Natuna, Khaidir di ruang kerjanya-f/dani-hariankepri.com

Berdasarkan hasil pertemuan rencana pengeboran sumur Singa Laut 2 dan Kuda Laut 2 akan dilakukan oleh kontraktor kerja Premier Oil, pada pertengahan Juni 2021.

Kegiatan itu merupakan kelanjutan dari pengeboran sumur eksplorasi yang sudah dilakukan pada tahun 2014 (Singa Laut -1 dan Kuda Laut-1).

Tujuannya sendiri untuk mendapatkan data tambahan terkait dengan cadangan yang ada di Blok Tuna sehingga dapat digunakan untuk membuat rencana pengembangan kedepan.

Berdasarkan pengeboran tahun 2014 lalu, diperkirakan 2P Resources sebesar 104 MMBOE yang terdiri dari gas bumi dengan tingkat kandungan LPG dan kondesat tinggi.

Namun ada sedikit yang mengganjal saat pemaparan, pihak SKK Migas menjelaskan bahwa Blok Tuna adalah wilayah Kerja migas di lepas pantai Indonesia yang terletak di Laut Natuna di sebelah perbatasan Vietnam dengan kedalaman air sekitar 110 meter.

Daratan Indonesia terdekat dari Blok Tuna adalah Pulau Sekatung, Kecamatan Pulau Laut, Natuna. Dengan jarak dari sumur Kuda Laut berjarak 216 kilometer, dan dari sumur Singa Laut berjarak 218 kilometer.

Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda-f/istimewa

Sementara jarak Blok Tuna dengan fasilitas produksi Indonesia terdekat, yakni Natuna Sea Block A yang berada di sekitar perairan Anambas, berjarak sekitar 385 kilometer.

Dengan jarak yang begitu jauh dengan lapangan produksi Indonesia, rencananya, pengembangan Lapangan Tuna oleh Premier Oil akan memakai fasilitas produksi milik Vietnam, yang hanya berjarak sekitar 115 kilometer dari Blok Tuna, demi meningkatkan nilai keekonomian.

Selain aspek ekonomi, lapangan Blok Tuna memiliki peran yang strategis secara geopolitik, karena letaknya berbatasan dengan Vietnam dan berada dekat dengan laut China Selatan yang saat ini menjadi fokus geopolitik berbagai negara. Beroperasinya blok Tuna akan semakin memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut.

Diketahui dari berbagai sumber, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Vietnam telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU), yang pada intinya gas dari Blok Tuna akan dikerjasamakan dengan mitra dari Vietnam antara Premier Oil dan Vietnam Oil and Gas Group.

Sebagaimana diketahui bersama, keinginan Pemkab Natuna sebagai base dari kegiatan pengeboran tersebut pernah diutarakan oleh Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda. Menurutnya akan banyak keuntungan apabila ada operasional perusahaan migas di darat.

“Usaha makanan, penginapan juga akan mendapat imbas yang baik apabila nanti dibuat basenya di Natuna,” harapnya.

Untuk mewujudkan tersebut Pemkab berjanji akan mempermudah proses perizinan yang nantinya menjadi kewenangan kabupaten. (dan)

Exit mobile version