DENPASAR (HAKA) – Pakar Information and Technology (IT) dari Sevima, Wahyudi Agustiono menyampaikan, Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Berbasis Prestasi (SNBP), dan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT), sudah dibuka oleh Kementerian Pendidikan RI.
Sayangnya, kata Wahyudi, calon mahasiswa berebut untuk masuk di kampus tertentu saja, padahal masih banyak kampus yang kekurangan pendaftar, bahkan sampai terancam gulung tikar alias bangkrut.
“Masalah kekurangan pendaftar ini, berakar dari adanya kampus yang enggan melakukan digitalisasi,” ucap Wahyudi saat Munas Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom), Jumat (9/12/2022) di Prime Plaza Hotel Sanur Bali.
Oleh karena itu, ia menyarankan apabila kampus tidak ingin gulung tikar, maka transformasi digital harus dilakukan. Digitalisasi juga tidak cukup dicatat dalam forum ini, tapi harus bisa memberikan dampak kepada mahasiswa.
“Mahasiswa kita adalah generasi Z dan Alpha yang menginginkan pengalaman belajar digital. Kampus digital bagi mereka bukan lagi kemewahan, tapi kenormalan bahkan kewajiban,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Wahyudi berbagi empat langkah bagi kampus untuk sukses melakukan digitalisasi.
Pertama, kampus bisa mengembangkan infrastruktur digital sendiri yang kokoh, tapi tetap terjangkau. Seperti membeli server hingga membayar teknisi sendiri.
“Namun, kampus juga bisa mengambil alternatif berupa menggunakan sistem yang sudah ada,” ujarnya.
Selain itu, kampus bisa memanfaatkan aplikasi digital yang sudah banyak bertebaran di internet. Termasuk, sistem akademik berbasis infrastuktur Cloud (komputasi awan) seperti Sevima Platform yang sudah biasa digunakan oleh kampus.
Langkah kedua, kampus bisa membuat roadmap (peta jalan) untuk pengembangan digitalisasi kampus..Digitalisasi kampus adalah perjuangan yang membutuhkan waktu panjang.
“Oleh karena itu, saya mengajak kampus untuk membuat rencana pengembangan, misalnya, apa yang perlu dilakukan kampus dalam dua, lima, sepuluh, bahkan dua puluh tahun,” tuturnya.
Tips ketiga, lanjut Wahyudi, pihak kampus diharapkan bisa memastikan data terintegrasi sesuai aturan pemerintah.
Karena, digitalisasi tak bisa dilepaskan dari pengelolaan data.
“Saat melakukan digitalisasi, kampus akan mengelola banyak data mulai dari penerimaan mahasiswa baru, pembelajaran, hingga kelulusan,” tukasnya.
Sedangkan langkah terakhir, Wahyudi mengharapkan pihak kampus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi digitalisasi.
Sebab kata dia, digitalisasi tak hanya menggunakan gadget baru maupun aplikasi baru. Digitalisasi juga akan membawa budaya baru.
“Oleh karena itu SDM di kampus perlu disiapkan untuk menghadapi digitalisasi,” pungkasnya. (zul)