NATUNA (HAKA) – Wacana pembatasan jalur masuk transportasi laut, oleh Pemkab Natuna dalam rangka memutus mata rantai masuknya Covid-19 di Kabupaten Natuna mendapat tanggapan beragam dari masyarakat.
Tanggapan pro dan kontra dari masyarakat pun bermunculan. Sebagian besar mendukung kebijakan tersebut, namun para buruh dan pedagang yang selama ini menggantungkan hidupnya di pelabuhan Selat Lampa tidak mendukungnya.
Muhtarudin, Ketua buruh Pelabuhan Selat Lampa menyampaikan, prihatin atas keputusan tersebut. Karena, penghasilan untuk keluarganya selama ini, dari hasil kerja bongkar muat di pelabuhan.
“Kami kurang setuju tentang pembatasan kapal tersebut, ada 30 orang buruh yang aktif dan bergantung pada bongkat muat barang dan penumpang, kalau dihentikan bagaimana nasib mereka,” terang Udin saat dihubungi hariankepri.com, Sabtu (11/4/2020).
Ia mengakui, keputusan yang diambil pemerintah tentu saja bukan hal yang mudah. Terlebih lagi, saat ini seluruh elemen bahu membahu bersama-sama menghadapi pendemi Covid-19.
Namun Udin berharap, keputusan tersebut dibarengi dengan pengambilan kebijakan yang berpihak kepada para buruh.
“Kami paham ini semua akibat Corona, kami berharap kalau memang pemerintah membatasi atau bahkan menghentikan sementara kapal masuk ke Pelabuhan Selat Lampa, mohonlah diperhatikan juga nasib buruh,” pintanya. (dan)