Site icon Harian Kepri

Pulau Penyengat, Destinasi Heritage yang Punya 46 Situs Cagar Budaya

Becak motor akan menjemput pengunjung akan berkeliling di Pulau Penyengat-f/zulfikar-hariankepri.com

TANJUNGPINANG (HAKA) – Pulau Penyengat, pulau yang bergelar Pulau Mas Kawin ini merupakan salah satu ikon wisata unggulan di Provinsi Kepri.

Plt Kadispar Kepri, Luki Zaiman Prawira menyampaikan, pulau ini dijuluki sebagai Pulau Mas Kawin karena, berdasarkan sejarah, Pulau Penyengat merupakan hadiah perkawinan dari Sultan Mahmud Syah kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah pada tahun 1805.

Sejauh ini lanjutnya, Pulau Penyengat telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi daya tarik pariwisata di Kota Tanjungpinang oleh Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.

“Penetapan itu tertuang dalam SK Nomor 1263 tahun 2022,” katanya, Kamis (27/7/2023).

Lebih lanjut Luki menyampaikan, penetapan Pulau Penyengat sebagai daya tarik pariwisata memang bukan tanpa alasan.

Selain sarat akan nilai-nilai budaya Melayu, pulau yang berjarak sekitar 1,8 km dari Kota Tanjungpinang itu, juga menyimpan beragam peninggalan situs peninggalan sejarah Kerajaan Melayu Riau-Lingga.

Meriam di Benteng Bukit Kursi salah satu cagar budaya dan juga destinasi favorit wisatawan ketika berkunjung ke Pulau Penyengat-f/zulfikar-hariankepri.com

“Situs-situs itu sekarang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang menjadi daya tarik utama dari pulau ini,” ujarnya.

Luki mengutarakan, terdapat 46 situs cagar budaya di pulau itu. Karena itulah, Pulau Penyengat pun dikenal sebagai destinasi wisata heritage di Kepri.

Dari 46 situs itu, setidaknya ada 7 situs cagar budaya di Pulau Penyengat yang menjadi destinasi favorit para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Yaitu, Masjid Raya Sultan Riau, Komplek Makam Engku Puteri Raja Hamidah dan Raja Ali Haji, Komplek Makam Raja Haji Fisabillah, Istana Engku Bilik, Komplek Makam Raja Jakfar, Istana Kantor, dan Benteng Bukit Kursi.

Luki menuturkan, saat berwisata di Pulau Penyengat, pengunjung dapat menggunakan jasa becak motor, dengan tarif Rp 50 ribu untuk mengunjungi situs-situs cagar budaya di pulau itu.

Pengunjung saat berziarah di Makam Raja Ali Haji, Pulau Penyengat, Senin (24/4/2023).f/zulfikar-hariankepri.com

Tempat pertama yang disarankan untuk dikunjungi saat berwisata di pulau itu, kata dia, adalah Masjid Raya Sultan Riau. Di masjid ini pengunjung akan melihat keunikan arsitektur masjid, yang konon dibangun dengan menggunakan putih telur sebagai campuran bahan bangunannya.

“Di dalam mesjid ini juga terdapat Al Quran bertuliskan tangan yang ditulis oleh Abdurrahman Stambul pada tahun 1867,” jelasnya.

Usai mengunjungi Masjid Raya Sultan Riau, perjalanan dilanjutkan ke Komplek Makam Engku Puteri Raja Hamidah dan Raja Ali Haji.

Di tempat ini, para pengunjung dapat melihat secara langsung makam Raja Hamidah, yang merupakan permaisuri dari Sultan Mahmud Riayat Syah dan makam Raja Ali Haji, yang dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia yang juga Pahlawan Nasional.

Usai berziarah di Makam Raja Ali Haji Fisabilillah, perjalanan dilanjutkan ke Istana Engku Bilik. Luki menjelaskan, bangunan ini dahulunya merupakan rumah dari Raja Halimah yaitu adik dari Sultan Abdurrahman Muadzam Syah yang merupakan Sultan Riau-Lingga terakhir.

Wisatawan ketika melihat Alquran tulisan tangan yang ada Masjid Raya Sultan Riau, Pulau Penyengat.f/zulfikar-hariankepri.com

“Bangunan ini bentuknya cukup unik, berbentuk segi empat dan berlantai dua,” ujarnya.

Tak jauh dari Istana Engku Bilik, terdapat Komplek Makam Raja Jakfar. Komplek makam ini terbilang cukup luas dan juga unik. Karena, di bagian luar komplek makam ini dikelilingi tembok tinggi dan terdapat 2 kolam.

“Sedangkan, bangunan utama komplek makam ini berbentuk persegi panjang dan memiliki kubah dan terdapat mihrab di dalamnya,” jelasnya.

Setelah dari Komplek Makam Raja Jakfar, perjalanan dilanjutkan menuju ke Istana Kantor. Istana Kantor merupakan, istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda ke-8 Riau-Lingga.

Disebut dengan Istana Kantor, karena selain sebagai lokasi kediaman, tempat ini juga oleh Raja Ali dijadikan sebagai kantor pemerintahannya.

“Bangunan Istana Kantor ini juga sangat unik, karena di bagian depannya terdapat 2 ruangan yang berbentuk setengah lingkaran, sedangkan disampingnya terdapat bangunan lengkap dengan menara penjaga,” paparnya.

Masjid Raya Sultan Riau, salah satu cagar budaya dan menjadi destinasi wisata di Pulau Penyengat-f/zulfikar-hariankepri.com

Usai dari Istana Kantor, perjalanan dilanjutkan ke Benteng Bukit Kursi yang merupakan benteng pertahanan untuk melawan penjajah Belanda di masa pemerintahan Raja Haji Fisabilillah.

“Benteng Bukit Kursi merupakan benteng terbesar, di tempat ini juga sampai saat ini masih ada meriam-meriam yang dahulu digunakan sewaktu melawan penjajah Belanda,” sebutnya.

Benteng Bukit Kursi, kata Luki merupakan destinasi wisata terakhir ketika berkunjung ke Pulau Penyengat. Luki juga menyampaikan, selain mengunjungi situs-situs cagar budaya.

Saat berada di Pulau Penyengat para wisatawan juga dapat menikmati beragam kuliner khas Melayu yang banyak dijual di Pulau Penyengat. Seperti, deram-deram, otak-otak, dan air dohot.

“Selain kuliner di Pulau Penyengat juga banyak dijual beragam kerajinan tangan dari hasil laut yang dibuat oleh penduduk sekitar,” tuturnya.(kar)

Exit mobile version