Oleh:
Buana Fauzi Februari
ASN Pemko Tanjungpinang
BULAN yang paling saya tunggu, selain bulan Ramadhan, adalah bulan Agustus. Karena di bulan ini, Indonesia sampai di depan pintu gerbang kemerdekaan. Bulan penuh sejarah. Menjadi awal kebangkitan semangat kebangsaan, sejak 76 tahun yang lalu.
Untuk mengisi kemerdekaan, yang telah direbut dengan pengorbanan para pendahulu. Maka, sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang, saya mulai mengibarkan Sang Saka Merah Putih, di halaman rumah sejak awal Agustus 2021.
Saya sudah 18 bulan, menjadi bagian dari keluarga besar Pemko Tanjungpinang. Selama menjalani rutinitas sebagai bagian dari pelayan masyarakat, banyak suka duka yang dialami.
Menjadi ASN adalah pilihan hidup yang saya lakoni, selepas 7,5 bulan menamatkan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LI tahun 2014, di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia di Jakarta.
Bekerja di pemerintahan tak seindah ekspektasi sebagian orang. Pendapatan bulanan, dan peningkatan jenjang karir serta kepastian bekal hidup hari tua, mungkin memang menjadi keistimewaan yang didapat. Namun, tak sedikit juga lika-liku dan hambatan serta rintangan yang dihadapi.
Saya bahkan sampai dilaporkan ke polisi, untuk suatu tuduhan yang belum tentu kebenarannya. Di-viralkan pula secara sporadis, oleh media online yang terbukti 2 kali melanggar Kode Etik Jurnalistik (KEJ), di Dewan Pers.
Saya tahu persis cerita media itu. Sebab laporan itu saya yang buat. Berita terkait berita tuduhan kepada Bupati Lingga, terlibat kasus korupsi. Saat itu, saya menjabat sebagai Plt Kabag Humas dan Kominfo Pemkab Lingga.
Itulah sebabnya saya menjadi tak heran, ketika akhir-akhir ini beredar foto-foto yang menuduh, seakan-akan Wali Kota kami sebagai sosok yang tercela.
Padahal beliau adalah seorang wanita tangguh, yang amanah dan fathonah. Ingat adagium yang berbunyi, apabila ingin tahu kebaikan seseorang, tanyakan pada sahabatnya. Sebaliknya, bila ingin tahu kejelekan seseorang, tanyalah pada musuhnya.
Rahma, sang Wali Kota yang meneruskan amanah Wali Kota sebelumnya, almarhum Ayah Syahrul untuk memimpin Tanjungpinang, sangat banyak membuat terobosan, dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
Selama yang saya jalani di bawah kepemimpinan Rahma, kami ASN Pemko Tanjungpinang mendapatkan kesempatan pengembangan karir, dan tambahan penghasilan yang mencukupi.
Bahkan, itu sudah termasuk Zakat yang disetorkan ke Baznas, kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Sungguh sebuah terobosan yang fathonah.
Fathonah yang memiliki arti secara umum adalah cerdas. Cerdas adalah salah satu sifat Nabi Muhammad SAW. Baginda Rasul adalah tauladan bagi kita semua.
Ada banyak kebijakan dan terobosan Rahma yang menggambarkan ke-fathonahan nya. Terutama, dalam kepedulian melindungi masyarakat dari bahaya penyebaran Covid-19.
Meski dalam penerapan kebijakan, banyak mendapat tentangan dari sebagian orang, yang merasa dirugikan. Namun dengan gaya santun dan sikap tegasnya, Rahma bergeming, untuk terus menjadikan Tanjungpinang kota sehat, dan bebas dari ancaman virus Corona.
Memang terlihat Rahma bekerja seperti seorang petarung tunggal, yang tak ditunjang oleh para kepala OPD, yang sudah kenyang tunjangan.
Punya pun wakil yang baru terpilih, masih butuh waktu beradaptasi dalam urusan pemerintahan. Jadi sangat wajar, bila banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh wali kota.
Terkadang sampai menyita waktunya bersama keluarga. Pernah saya melihat sendiri, beliau disela kesibukan dinas di Jakarta, masih menyempatkan melakukan videocall kepada anak. Menanyakan prihal pelajaran sekolah yang wajib dikerjakan. Peran sebagai ibu tak pernah ditinggalkannya.
Tulisan ini saya buat sebagai bentuk kesadaran saya menyampaikan kebenaran bukan mencari pembenaran. Semoga segala fitnah yang dituduhkan kepada Rahma, akan dapat semakin menguatkan kepribadiannya, dalam menghadapi dinamika kepemimpinan.
Dan saya bersaksi bahwa, Wali Kota Tanjungpinang adalah benar seorang pemimpin yang amanah dan fathonah.***