Beranda Opini

Satu Kursi yang Menyakitkan

0
Foto ilustrasi-f/istimewa-net

Oleh:
Taufik Habu
Pemred hariankepri.com

Seperti biasa, di sore itu, Rabu (2/9/2020), saya beraktifitas layaknya para jurnalis lainnya, yang kerap mengitari Kota Tanjungpinang, demi mengabarkan peristiwa terkini.

Dalam perjalanan dari Suka Berenang menuju Batu 9, tiba-tiba saya mendapat pesan singkat dari seseorang. Yang namanya, tidak ter-save dalam phonebook ponsel saya.

Karena nomor tanpa nama mengirimkan whatsapp (wa), pesannya pun saya abaikan. Tapi, begitu banyaknya rentetan pesan yang dikirimkan, saya memutuskan menghentikan kendaraan, dan membukanya.

Pas dibuka dan dibaca, saya bergumam. “Alamak, petahana bakal lawan kotak kosong,”. Tak lama berselang, seorang kawan dan senior saya di dunia jurnalis, pun mengirim pesan serupa.

Namun kali ini, bukan hanya foto-foto lembaran Surat Keputusan (SK) yang dikirimkan. Untaian tulisan juga disertakan.

Yang awalnya saya ragu, apakah surat itu hoax, akhirnya terbantahkan. Isi tulisan itu telah membenarkan, bahwa petahana di kabupaten itu, memperoleh dukungan terakhir dari salah satu partai.

Bahagia petahana tercermin dalam kalimat, yang sering kami sebut rilis. Dan ini adalah ujian berat, atau bahkan kiamat kecil bagi sang penantang.

Mengapa tidak. Pasangan penantang yang didukung banyak warga kabupaten itu, digadang-gadang sebagai duet maut. Dari hitungan awam banyak orang, mereka berdua dapat mematahkan dominasi petahana.

Namun, niat tinggal niat. Rencana tinggal rencana. Time limit pendaftaran dibuka KPU hanya 3 hari. Jumat (4/9/2020) hingga Minggu (6/9/2020) pukul 00.00 WIB.

Artinya, dengan kenyataan itu, sangat tipis harapan pasangan duet maut ini, melanjutkan cita-citanya membangun kabupaten itu.

Padahal, hampir semua khalayak yakin, duet maut ini akan mendapatkan rekom tersebut. Apalagi, dewan pimpinan cabang partai itu hanya mengusulkan dua nama. Ya.. mereka. Pasangan duet maut itu.

Baca juga:  Dermaga Saksi Bisu

Apa hendak dikata, pertarungan sengit terjadi di Jakarta. Petahana coba menghalau penantang untuk kursi terakhir.

Alhasil, seperti kata para pengamat Moto GP. Valentino Rossi nyalip di tikungan, lap terakhir jelang finish.

Tapi dari perjalanan politik, intrik, dan drama yang terjadi hingga H-2 pendaftaran, yang paling menarik adalah si satu kursi dari partai itu.

Dia memang hanya 1, tapi manuvernya telah mencatatkan sejarah baru. Bahkan partai yang tidak berhasil meloloskan kadernya ke Senayan ini, sukses membuat Bintan pertama kalinya, akan memiliki calon tunggal di pilkada.

Dalam banyak ungkapan, bahwa satu juta rupiah tidak akan pernah disebut satu juta, jika satu rupiah telah hilang.

Begitu pun dengan kursi ini. Dia hanya 1 dan sendirian di lembaga legislatif itu. Mereka banyak dan minimal punya 2. Tapi satu kursi ini jua yang menyakitkan.

“Salam Pilkada Damai 2020.” ***

example bannerexample banner

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini