Oleh:
Arga Permadi
Dirut hariankepri.com
PADA 29 Juni 2022 lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepri, mulai menyosialisasikan tahapan, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2024.
Dalam sosialisasi tersebut disampaikan, pelaksanaan Pemilu 2024, tahapannya akan mulai di tahun ini. Seperti, pendaftaran dan verifikasi parpol di 29 Juli hingga 13 Desember 2022.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemuktahiran dan penyusunan data pemilih, yang dimulai 14 Oktober 2022 hingga 21 Juni 2023.
Selanjutnya, penetapan peserta pemilu 14 Desember 2022, kampanye 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024. Dan, hari pemungutan suara Pemilu 2024, pada 14 Februari 2024.
Usai pesta demokrasi Pemilu 2024, Kepri pun akan menggelar Pilkada serentak salah satunya pemilihan Gubernur dan Wagub Kepri.
Jika melihat dari masa jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai waktu pelantikan, maka, Ansar-Marlin akan berakhir masa jabatannya 25 Februari 2024.
Meski masih sekitar 1 tahun 7 bulan lagi masa jabatan tersebut. Tapi, hiruk-pikuk pesta demokrasi, yang sedianya akan berlangsung pada akhir tahun 2024 sudah mulai terasa saat ini.
Beberapa nama yang diprediksi akan ikut pada pesta demokrasi tersebut mulai bemunculan. Seperti Ansar Ahmad, Amsakar Achmad, Huzrin Hood, dan Muhammad Rudi yang kini menjabat Wali Kota Batam.
Bahkan, beberapa pendukung ataupun relawan para kandidat ini sudah mulai menyosialisasikannya. Mulai dari pasang spanduk, baliho, narasi di media sosial, bagi sembako, bahkan ada juga yang sudah memulainya dengan sekedar membagikan beras kepada masyarakat.
Beras menjadi komoditi penting dalam masa kampanye. Beras dianggap paling gampang diterima oleh masyarakat Indonesia, yang hampir rata-rata mengkonsumsi nasi di rumahnya. Kecuali bagi mereka yang menjalani diet keto.
Beras juga sangat diperlukan oleh masyarakat bawah, yang jumlahnya cukup besar. Dari data BPS pada maret 2022, tentang struktur pengeluaran rumah tangga miskin di Kepri, beras menjadi kebutuhan utama dan pertama.
Sebesar 16,16 persen pengeluaran rumah tangga miskin pedesaan untuk beras. 13,87 persen pengeluaran rumah tangga miskin perkotaan juga untuk beras, dari seluruh pengeluaran mereka.
Kita ambil saja data profil kemiskinan Kepri, yang dirilis BPS pada Maret 2022 yang tercatat sebanyak 151,68 ribu jiwa. Jika data ini dipadankan dengan perolehan suara Ansar-Marlin pada Pilkada 2020 lalu sebesar, 308,553 suara.
Artinya, angka kemiskinan di Kepri setara 50 persen jumlah suara pemenang pilkada. Tentunya, ini menjadi target kampanye setiap pasangan calon (paslon), untuk merebut hati mereka dalam pemilihan nanti.
151,68 ribu jiwa penduduk miskin Kepri ini sudah pasti butuh beras. Terlebih lagi jika sembako lengkap. Dengan sentuhan humanis saja, pembagian beras kepada mereka, menjadi peluang besar sebagai pemilih dalam pesta demokrasi tersebut.
Tidak perlu muluk-muluk, lima puluh persen saja dari 151,68 ribu jiwa penduduk miskin ini berkomitmen dengan si pemberi beras, 75 ribuan suara hampir pasti dapat diraih si Cagub.
Dilihat dari karakter pemilih, golongan bawah ini termasuk yang loyal jika bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka saja. Tidak perlu yang mahal, tidak perlu rayuan gombal, janji politik, cukup penuhi kebutuhan dasar mereka saja salah satunya beras.
Lain hal dengan golongan menengah, mereka lebih rasional, juga sulit untuk dijadikan pemilih yang loyal. Mereka banyak pertimbangan. Memiliki akses untuk tahu rekam jejak kandidat. Ya…lebih banyak modal yang diperlukan untuk merebut hati golongan ini. Pastinya, tidak cukup hanya sekarung beras politik.***