BINTAN (HAKA) – Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan, Syukur Haryanto ikut menyesalkan, begitu banyak peristiwa nelayan Bintan yang diamankan negara tetangga terutama Petugas Malaysia.
“Kami KNTI Bintan menyayangkan hal itu terjadi berulang-ulang setiap tahunnya. Di tahun 2024 ini saja, sudah 6 kasus nelayan Bintan ditangkap oleh Petugas Malaysia,” ucapnya, Rabu (9/10/2024).
Untuk itu, Syukur meminta Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat agar berperan aktif terhadap para nelayan saat mereka melaut di perbatasan negara asing.
Salah satunya kata Syukur, dengan memberikan peralatan lengkap kepada para nelayan, sebagai upaya pencegahan agar mereka tidak lagi ditangkap oleh petugas negara lain.
“Artinya, pemerintah jangan hanya memberikan peta, tapi harus dibekali juga dengan alat GPS serta alat komunikasi,” jelasnya.
Sebab, ketika nelayan tradisional hendak memasuki perairan perbatasan Indonesia dan negara tetangga, signal handphone atau jaringan internet tidak ada lagi.
“Tujuan alat satelit itu, agar terekam titik koordinat para nelayan di laut. Nah, ketika nelayan mendekati perbatasan melalui alat komunikasi itulah petugas pantai dan patroli akan mengingatkan nelayan tersebut,” sarannya.
Sebelumnya, Kepala BP2D Provinsi Kepri Doli Boniara mengatakan, tiga nelayan Desa Berakit diamankan oleh Petugas Malaysia, pekan lalu.
Menurutnya, ketiga nelayan Berakit itu diduga telah memasuki perairan Malaysia bagian Tanjung Piai. Adapun ketiga warga Kepri itu berinisial I (31), AB (23) dan TH (30).
“Ketiga pria itu masih ada di Malaysia saat ini,” ucap Doli saat dihubungi hariankepri.com, Sabtu (5/10/2024).
Namun, Pemprov Kepri maupun petugas lainnya belum mengetahui keberadaan para nelayan itu. Saat ini, pihaknya masih koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ada di Malaysia.(rul)