TANJUNGPINANG (HAKA) – Sejak lahir Abdul tidak pernah mengetaui siapa orangtua kandungnya. Dia hanya mengetui orang tua asuhnya, yang berdomisili di Jalan Pramuka Tanjungpinang.
Kehadiran Abdul di tengah orangtua asuhnya itu menimbulkan pro dan kontra di keluarga itu. Ibu asuhnya sangat menyayangi Abdul, namun sang bapak asuh dari awal tidak menyukai kehadirannya.
Suatu ketika, ibu angkat Abdul meninggal dunia karena sakit. Kehadiran Abdul yang memang tidak diharapkan oleh bapak angkatnya, menghadirkan cerita baru bagi Abdul. Abdul sering mendapatkan perlakukan kasar oleh bapak angkatnya.
Sekolah hanya tamat SD. Pada saat SMP, karena merasa kurang nyaman tinggal bersama bapak angkat, setelah ibu angkatnya meninggal. Abdul memberanikan diri pergi dari rumah. Otomatis dia putus sekolah. Abdul kembali hidup tanpa orangtua seperti saat ia baru dilahirkan.
Abdul pun menjadi terlantar di masa anak-anaknya. Karena memang tidak memiliki orangtua untuk mengadu, apalagi sebagai tumpuan hidup. Dia sering tidur di emperan rumah toko (ruko) dimana saja ketika ia merasa ngantuk dan lelah.
Pada saat Abdul dalam kondisi tersebut. Dia bertemu dengan remaja seusianya bernama Didi, mereka lalu berteman. Karena kasihan melihat Abdul, kemudian Didi mengajak Abdul ke rumahnya.
Lalu Didi meminta izin kepada orang tuanya (Pak Erwin) agar membolehkan Abdul untuk tinggal bersamanya.
Namun Abdul tidak lama tinggal di rumah Didi. Entah apa penyebabnya, Abdul kembali hidup terlantar tanpa sandaran hidup. Dan tanpa tempat tinggal.
Karena melihat Abdul jarang pulang ke rumah Didi. Muhammad Jailani salah seorang pengusaha tenda yang beralamat di Perunahan Hang Tuah Tanjungpinang merasa kasihan. Lalu dia mengajak Abdul untuk membantunya dalam mengelola usaha penyewaan tenda miliknya.
Dari usaha penyewaan tenda milik Muhammad Jailani inilah Abdul mulai belajar bekerja. Dan mulai menghasilkan rupiah.
Lalu Jay, sapaan akrab Muhammad Jailani itu menawarkan Abdul untuk tinggal di gudang tenda miliknya, tanpa kamar, tanpa tempat tidur dan hanya apa adanya. Jay menanggung kebutuhan makan dan minum sehari-hari Abdul.
Tanpa pikir panjang, Abdul pun menyetujui ajakan itu. Bagi Abdul yang penting bisa tidur dan tidak kehujanan.
Dalam pengakuan Jay, semakin lama Abdul bekerja dengannya, ternyata Abdul mnunjukkan sikap yang sangat loyal terhadapnya.
Melihat loyalitas Abdul yang tinggi, kemudian Jay semakin sayang dan peduli. Kemudian membelikannya kendaraan roda dua dengan cara menycicil dari hasil kerja Abdul.
“Selama sekitar 4 tahun dia tinggal sama saya. Abdul sangat loyal sekali. Pantang bilang tidak jika di suruh apa saja. Dia tidak pernah membantah kalau disuruh. Dia juga anaknya bertanggungjawab kalau diamanahi. Tidak hanya sebagai karyawan, tapi Abdul itu sudah saya anggap seperti anak sendiri. Saya yakin sekali, dengan siapa aja dia bekerja dia akan menunjukkan loyalitasnya seperti itu,” ungkap Jay.
Karena sudah memiliki skill bekerja di bidang sewa-menyewa tenda cukup lama bersama Jay. Tentu Abdul pun berkeinginan memiliki penghasilan lebih, agar bisa menabung dan sebagainya.
Singkat cerita, Abdul memilih bergabung bekerja di perusahaan tenda milik Almarhum Rasyid. Salah satu Bos teda terbesar yang ada di Tanjungpinang.
Jay sendiri mengaku kenal baik dengan bos baru Abdul tersebut. Mendengar Abdul bekerja disana Jay ikut senang. Karena semakin hari Abdul semakin banyak memiliki tempat bertumpu masalah hidupnya.
Dengan perusahaan yang besar dan bonafit tentu Abdul merasa akan bisa mendapat penghasilan yang lebih besar pula. Serta masa depan yang lebih cerah dan seterusnya.
“Saya terkejut juga waktu dapat info tentang pembunuhan yang melibatkan nama Abdul. Saya memang sudah lama tak ketemu dia. Tapi saya tau dia kerja disana. Saya yakin Abdul tidak punya masalah dengan korban yang dia bunuh. Karena sudah jelas yang punya urusan itu bosnya. Abdul hanya karyawan yang diminta membantu. Seperti yang saya bilang tadi, dia pantang menolak apapun yang disuruh bosnya,” terang Jay.
Jay mengaku tahu persis siapa Abdul dan karakter pribadinya karena lama menjadi karyawannya.
“Bagaimanapun juga Abdul sudah ditetapkan sebagai tersangka, hukuman sudah menantinya. Tapi saya juga yakin jika sikap loyalnya itulah yang mendasari dia mau membantu almarhum Rasyid (bosnya) mengakhiri nyawa orang lain. Apalagi ada dijanjikan uang Rp20 juta. Bagi Abdul itu duit yang sangat banyak dan dia tidak pernah memilikinya uang sebanyak itu sebelumnya,” kata Jay.
Sebelumnya, Kasatreskrim Polres Tanjungpinang, AKP Efendri Ali menjelaskan, penemuan awal kasus ini melalui rangkaian penyelidikan-penyelidikan serta menganalisa segala keterangan saksi-saksi, termasuk menganalisa rekaman CCTv.
“Sehingga kami berkeyakinan bahwa di dalam septic tank itu, ada korban pembunuhan atas nama Arnold Tambunan (56),” ungkapnya.
Untuk saat ini, sambung dia, pelaku pembunuhan korban tersebut sudah diketahui identitasnya bahkan sudah diamankan oleh jajaran kepolisian.
“Pelakunya ada dua orang, yakni AD alias A dan R. Tapi si R sudah meninggal dunia beberapa waktu lalu. Untuk tersangka A terancam hukuman mati atau paling lama penjara selama 15 tahun,” imbuhnya. (red/zul)