Site icon Harian Kepri

Soal Jembatan Babin, Kepala Bappenas: Kementerian PUPR Masih Uji Kedalaman

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa-f/zulfikar-hariankepri.com

TANJUNGPINANG (HAKA) – Terkait rencana pembangunan Jembatan Batam – Bintan (Babin), Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyampaikan, sejauh ini Kementerian PUPR masih melakukan uji kedalaman untuk pembangunan jembatan tersebut.

“Sekarang pekerjaan soil test itu sedang dilakukan,” katanya, kepada hariankepri.com, di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, pada Jumat (1/12/2023) kemarin.

Sembari penyelesaian pekerjaan tersebut, Pemerintah juga saat ini sedang menunggu investor yang nantinya akan berminat untuk mendanai pembangunan jembatan tersebut.

“Kita juga sedang menunggu (kajian) traffic load-nya. Semoga semua bisa diselesaikan secara bertahap,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, untuk mendukung pembangunan Jembatan Babin, Pemprov Kepri di tahun anggaran 2022 lalu telah melakukan pembebasan lahan seluas 26,138 hektar di wilayah Kabupaten Bintan.

Dengan rincian, di Kelurahan Tanjung Permai, Kabupaten Bintan dengan luas 24 hektar, dan di Kelurahan Tanjunguban Selatan, Kabupaten Bintan seluas 2,8 hektar

Gubernur Ansar Ahmad mengatakan, dengan telah rampungnya pembebasan lahan di Kabupaten Bintan tersebut, maka, harapan masyarakat Provinsi Kepri akan kehadiran Jembatan Babin akan terealisasi.

“Mudah-mudahan kerinduan masyarakat akan Jembatan Batam-Bintan ini bisa terwujud,” katanya, pada, Senin (8/5/2023) di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang.

Sementara itu, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kepri, Stanley Cicero Haggard, pada Mei 2023 lalu menyampaikan, pekerjaan soil investigasi ditargetkan memakan waktu sekitar 6 hingga 7 bulan.

Dia menjelaskan, alasan pengerjaan soil investigasi itu memakan waktu cukup lama. Karena, lokasi pembangunan jembatan itu yang berada di laut dan Jembatan Babin ini juga nantinya akan menjadi jembatan terpanjang di Indonesia.

“Dari pengalaman pekerjaan jembatan panjang, yang paling bermasalah itu soil investigasinya. Jadi, ini kalau tidak dilakukan dengan baik, akan menimbulkan permasalahan penambahan biaya yang luar biasa,” paparnya.(kar)

Exit mobile version