Site icon Harian Kepri

Tiongkok Berburu Kuarsa di Indonesia, Ketum HIPKI: Harga Makin Naik

Ketum Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HPKI), Ady Indra Pawenari bersama dua rekannya perlihatkan pasir kuarsa di salah satu daerah di Indonesia-f/istimewa-hpki

JAKARTA (HAKA) – Sejumlah pengusaha asal Tiongkok, yang bergerak di bidang industri manufaktur pertambangan mineral bukan logam, kini berburu bahan baku pasir kuarsa di beberapa daerah, di Indonesia. Demikian ditegaskan oleh Ketua Umum HIPKI, Ady Indra Pawenari.

Bahkan, menurut Ady, para pengusaha dari Negeri Tirai Bambu itu tak segan-segan mematok harga tinggi, demi mendapatkan pasir kuarsa yang diincarnya.

Adapun spesifikasi yang menjadi target buruan mereka itu adalah, pasir kuarsa yang mengandung kadar silika di atas 99,5 persen, dan kadar besi di bawah 120 ppm.

“Ini sebagai bahan utama bangunan atau bahan interior dan kebutuhan rumah seperti kaca, gelas maupun keramik,” ucap Ady, Selasa (29/3/2022).

Mereka datang menggarap komoditas bahan baku itu di negara ini, sejak Pemerintah Indonesia membuka kebijakan kran ekspor berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan nomor: 19 tahun 2021 silam.

“Sudah 4 bulan terakhir, permintaan pasir kuarsa di pasar China cukup besar. Tapi, karena produksinya masih terbatas, ya barangnya jadi rebutan. Harganya juga naik terus,” jelas Ady.

Ia mengetahui hal itu, karena dirinya baru pulang mendampingi beberapa investor asal Cina melakukan survey potensi pasir kuarsa di sejumlah daerah di Indonesia.

Ady menilai, komoditas pasir kuarsa akan mampu berkontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pemulihan ekonomi nasional di daerah.

“Pajak atau retribusi pasir kuarsa yang masuk dalam golongan mineral bukan logam jenis tertentu ini, semuanya masuk ke kas daerah. Karena itu, daerah yang memiliki potensi kuarsa pasti akan merasakan dampaknya,” katanya.

Ady selaku Owner PT Multi Mineral Indonesia itu, mengaku sudah mengajak beberapa investor yang berminat di sektor pertambangan ini, untuk berkomitmen membangun smelter atau industri pengolahan dan pemurnian pasir kuarsa di Indonesia.

“Saya sudah mengajak mereka membangun smelter di Indonesia. Dan saat ini sedang dalam proses study kelayakan,” bebernya.

Ady enggan menyebutkan daerah yang diusulkan ke investor untuk membangun smelter pasir kuarsa di Indonesia. Pasalnya, ia khawatir akan munculnya spekulan tanah yang menguasai lokasi yang direncanakan.

“Lokasinya masih rahasia. Tapi, sudah ada 4 provinsi yang disurvei, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau,” imbuhnya. (rul)

Exit mobile version