TANJUNGPINANG (HAKA) – Bank sampah kini menjadi solusi cerdas yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang, dalam menangani masalah sampah.
Dengan adanya konsep ini, masyarakat diharapkan tidak hanya melihat sampah sebagai limbah, melainkan sebagai potensi untuk mendatangkan manfaat ekonomi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tanjungpinang, Ahmad Yani menyebutkan, bahwa saat ini ada 66 bank sampah yang beroperasi di Kota Tanjungpinang, dan salah satunya adalah bank sampah induk yang menjadi pusat pengelolaan.
“Di kota Tanjungpinang ada 65 bank sampah, satu bank sampah induk, dan 3 TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle),” ujarnya kepada hariankepri.com, kemarin.
Keberadaan bank sampah, menurutnya, tidak hanya mengatasi tumpukan sampah, tetapi juga memberi dampak positif secara ekonomi.
Konsep ini meniru sistem perbankan, yakni, yang disimpan bukanlah uang, melainkan sampah kering bernilai jual, seperti plastik, kaleng, kabel, tembaga, dan botol.
“Masyarakat dapat menyetor sampah kering yang telah dipisahkan. Setiap sampah yang disetorkan akan ditimbang, dan selanjutnya bank sampah akan menjualnya ke bank sampah induk untuk diproses lebih lanjut,” jelasnya.
Ia menambahkan, bahwa setiap nasabah bank sampah akan mendapatkan buku tabungan untuk mencatat jumlah sampah yang disetorkan.
“Saldo tersebut nantinya bisa dicairkan sesuai kebutuhan. Bank sampah induk yang berlokasi di Tanjung Inggat, Gang Swadaya, akan menampung sampah dari seluruh bank sampah di Tanjungpinang,” sambungnya.
Yani menuturkan, melalui program ini, warga juga mendapatkan edukasi mengenai pentingnya daur ulang dan pengurangan sampah di kehidupan sehari-hari.
“Bisnis sampah ini menarik perhatian banyak kalangan, terutama ibu rumah tangga yang kini mulai mendalami cara mengelola limbah untuk dijadikan produk yang berguna,” pungkasnya. (dim)
