
LINGGA (HAKA) – Malam Tujuh Likur Ramadan 1446 Hijriah di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, sangat dinanti oleh masyarakat menjelang hari lebaran Idulfitri.
Ribuan warga memadati jalan untuk menikmati keindahan tradisi ini. Tradisi ini juga, terus dilestarikan sejak dahulu oleh masyarakat Kabupaten Lingga.
Lampu colok yang menjadi hiasan utama dengan berbahan minyak tanah, terlihat di tiap sudut-sudut daerah Dabo Singkep ini. Hiasan inipun memiliki berbagai arti, dan termasuk sebagai hiasan khas bagi masyarakat umat Muslim untuk merayakan bulan suci Ramadan.
Cahyo, salah satu warga Dabo Singkep yang ikut meramaikan malam tujuh likur ini, memberikan ekspresi yang sangat luar biasa terhadap tradisi ini.
Menurutnya, malam tujuh likur Ramadan kali ini lebih terasa indah. Suasana perayaan malam ini juga mengingatkan dirinya akan tradisi turun temurun yang tak pernah pudar.
“Malam tujuh likur ini digelar pada 3 hari sebelum lebaran Idulfitri, kami sangat menantinya, karena bisa merasakan keindahan lampu colok di tiap-tiap sudut jalanan,” sebutnya, kepada hariankepri.com, Jumat (28/3/2025) malam.
Selain itu, dia juga mengatakan, bahwa lampu colok yang dipajang ini dapat memberikan rasa kehangatan bagi para warga yang menyaksikannya.
“Tradisi ini bukan hanya sekedar hiasan aja buat kami, tapi juga simbol penyambutan malam lailatul qadar yang selalu dinanti,” tuturnya.
Dengan sentuhan seni dan makna religius, ia berharap agar tradisi malam tujuh likur ini dapat terus di lestarikan hingga ke anak cucu di masa depan.
“Kami tidak ingin tradisi ini hilang, bahkan kami sangat senang dan menghargai umat agama lain yang ikut menyaksikan tradisi ini,” pungkasnya.(dim)