Figur-figur calon dimaksud misalnya Hj. Marlin Agustina, H. Isdianto, Robi Kurniawan, Neko Wesha P, atau mereka yang sudah dan sedang menduduki jabatan di legislatif, misalnya M. Apriandi, Widiastadi Nugroho, Yuniarni Weni, Deby maryati, Eis Aswati, Putera Respaty, Aldio Diaz P, Ngesti Yuni S, Rosiani akan menggunakan posisi dan jabatannya melanjutkan mengangkat sanak keluarga dan kerabat dekatnya untuk posisi jabatan publik di masa mendatang ?.
Pertanyaan ini menjadi penting diajukan agar menggugah kesadaran bahwa hakikinya praktik politik dinasti itu bersifat temporer. Fenomena recruitment ala politik dinasti ini sesungguhnya merupakan fenomena temporer, sesaat yang bersifat anomaly kecil yang segera akan hilang dan terkoreksi oleh sistem besar demokrasi.
Fenomena ini dan berbagai jenis patalogi demokrasi lainnya akan selalu muncul saat sistem besar demokrasi mengalami proses entropy, atau ketidak teraturan, lusuh dan saatnya membutuhkan perbaikan-perbaikan.
Seperti halnya flu ringan, maka seandainyapun tidak diobati, virus penyebab penyakit politik dinasti ini juga akan sembuh dengan sendirinya melalui sistem imunitas tubuh demokrasi. Seandainyapun virus penyebab flu ini diasumsikan seperti covid-19 yang meski tidak berbahaya terhadap angka kematian namun menyebabkan penularan yang cepat atau pandemic, maka disamping vaksin juga diperlukan obat penyembuhnya.
Kita berharap obat penyembuh tersebut segera dapat ditemukan sebagaimana harapan kita terhadap obat penyembuh covid-19 yang diyakini kurun waktu priode pasca pilkada desember 2020 mendatang akan dilaunching sebagai kebijakan politik yang baru. Waulahualam bissawab.