
TANJUNGPINANG (HAKA) – Jumlah obat-obatan yang kedaluwarsa di Provinsi Kepri kini tercatat sudah mencapai puluhan ribu butir. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, Bisri.
Menurut Bisri, salah satu penyebab utama banyaknya obat yang tidak terpakai hingga kedaluwarsa ini, adalah pengadaan obat dari pemerintah pusat yang jumlahnya melebihi kebutuhan.
“Misalnya saat terjadi banjir, diperkirakan warga akan terkena penyakit malaria. Lalu pusat mengirim obat-obatan dalam jumlah besar. Tapi ternyata tidak ada yang sakit, akhirnya obat itu tidak terpakai dan kedaluwarsa,” jelasnya kepada hariankepri.com, kemarin.
Agar kejadian serupa tidak terulang, Dinkes Kepri kini menerapkan sistem pengadaan obat yang lebih selektif dan efisien. Sekarang pihaknya mengambil obat dari pusat hanya setiap tiga bulan sekali.
“Kadang kita perkirakan pasien akan banyak, tapi ternyata tidak. Jadi kita harus lebih hati-hati dan hemat supaya stok obat tidak menumpuk sia-sia,” ujarnya.
Meski menghadapi tantangan tersebut, Bisri juga membawa kabar baik. Provinsi Kepri sempat mendapatkan penghargaan nasional atas manajemen pengelolaan obat yang baik.
“Beberapa waktu lalu kita pernah mendapat penghargaan dari pusat. Ini jadi motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pengelolaan obat di Kepri,” ucapnya bangga.
Sementara itu, ia mengutarakan, bahwa semua obat yang sudah tidak layak pakai ini, akan segera dimusnahkan sesuai aturan yang berlaku.
“Nanti semuanya akan kami kumpulkan dulu, baru dimusnahkan,” pungkasnya. (dim)