HAKA – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan me-launching produk kredit pemilikan rumah (KPR) mikro pada akhir Februari 2017.
KPR tersebut khusus untuk rumah seharga Rp 50 juta–Rp 70 jutaan. Sesuai namanya, sasarannya adalah mereka yang memiliki penghasilan tidak tetap dan cenderung memilih untuk membeli rumah dengan plafon kredit yang rendah.
Direktur Utama BTN Maryono menyatakan, KPR mikro bisa digunakan pedagang, petani, nelayan.
”Kami menyasar komunitas. Kami fokuskan kepada segmen masyarakat yang pendapatannya tidak tetap yang di bawah (yang penghasilannya kecil, Red),” ujarnya di sela-sela perayaan HUT BTN di Jakarta kemarin (9/2).
KPR mikro menetapkan bunga single digit, yakni mulai 6 persen hingga 7,5 persen dengan tenor paling lama lima tahun.
Uang mukanya dibatasi maksimal 10 persen dari harga jual rumah. Untuk tahap awal, produk itu bakal diluncurkan di Semarang, Jawa Tengah.
Pada tahun pertama peluncuran, BTN menargetkan nilai penyaluran KPR mikro sebesar Rp 300 miliar.
Dengan KPR mikro tersebut, Maryono berharap dapat membantu pemerintah mengurangi backlog rumah sekaligus membantu akses keuangan masyarakat kecil untuk mendapatkan pembiayaan rumah.
BTN juga terus menyalurkan KPR fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). KPR bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tersebut masih diminati masyarakat.
Tahun lalu market share BTN untuk KPR FLPP, bahkan, mencapai 97 persen. Secara total, BTN menguasai 33 persen market share KPR di seluruh Indonesia.
Total BTN sudah membiayai 3,8 juta unit rumah dengan nilai penyaluran Rp 185 triliun.
”Pertumbuhan KPR tahun 2006 sampai 2014 rata-rata 11 persen. Tapi, sejak ada program sejuta rumah dari pemerintah, pertumbuhan KPR naik menjadi 25 persen,” kata Maryono.
Di sisi lain, kemarin BTN meluncurkan Smart Branch BTN di Jakarta. Smart Branch BTN berisi berbagai mesin fasilitas e-channel BTN dan layanan edukasi produk yang dapat langsung diakses nasabah.
BTN bakal membuat 60 Smart Branch di berbagai kota di Indonesia dengan nilai investasi mencapai lebih dari Rp 50 miliar. (red/jpnn.com)