Site icon Harian Kepri

Yuk… Lestarikan Budaya Melayu

Istri Gubkepri Hj Noorlizah Nurdin mengambil sirih dalam acara di Singapura.

SINGAPURA (HAKA) – Hj Noorlizah Nurdin Basirun, istri Gubkepri Nurdin Basirun, mengajak anak-anak muda Kepulauan Riau terus mempelajari dan melestarikan budaya Melayu. Jika cinta dan bangga dengan budaya Melayu, pelestariannya akan semakin mudah.

“Anak-anak Kepri harus tahu, paham dan mengerti budaya Melayu sebagai akar budayanya,” kata Hj Noorlizah, usai menghadiri Seminar dan Bengkel Pembuatan Tanjak, Ikat Samping dan Perhimpunan Perguruan Persilatan Singapura, Malaysia dan Indonesia di Malay Heritage Centre, Kampung Gelam, Singapura, Sabtu (25/2/2017).

Acara yang digelar Persatuan Kebajikan Zuriat Keturunan Pusaka Bentan Malaysia ini, dihadiri Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri H Abdul Razak, Presiden dan Pengagas Persatuan Bentan Malaysia Dato’ Nazri Kamal Al Bentan, Wakil dari Gabungan Perguruan Silat Singapura Ismail Muhammad Yakop.

Menurut Noorlizah, generasi muda adalah harapan masa depan Kepri dan negeri ini. Sebagai sebuah harapan, mereka juga harus terbekali dengan budaya Melayu.

“Mereka harus menjadi generasi yang memiliki jati diri kemelayuan yang kuat,” kata Noorlizah.

Semangat yang disampaikan Hj Noorlizah ini sememang sejalan dan visi misi Pemprov Kepri, yaitu Menjadikan Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim.

Dalam kesempatan itu, Dato’ Nazri menyebutkan, penyelenggaraan ini sebagai upaya terus memperkenalkan kebudayaan Melayu. Juga mempererat jalinan silaturahmi antara ketiga negara.

Ismail Muhammad Yakop, yang juga pengurus Warisan Hang Tuah menambahkan, tugas mereka adalah untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Melayu.

Dalam pada itu, Ketua LAM Kepri H Abdul Razak menambahkan budaya Melayu menjadi payung semua budaya di Negeri Segantang Lada ini. Kondisi ini membuat semua bisa hidup secara damai di Tanah Melayu.

Ketua LAM misalnya mencontohkan tentang banyaknya makna dalam sejumlah atribut pada pakaian Melayu. Seperti baju kurung dengan lima kancing atau teluk belanga dengan satu kancing.

“Untuk di Kepri, memakai baju kurung, tidak sembarang-sembarang, dikungkung oleh syarak dikurung oleh adat,” kata Abdul Razak.

Dalam seminar dan bengkel tersebut, diperagakan bagaimana pembuatan tanjak dan ikta kain samping baik cara maulun makna dan jenisnya. Seperti ikan dendang perantau dan lainnya. Ada juga penampilan silat dari sejumlah perguruan. Termasuk penampilan Sanggar Pasola dari Batam. (red/humas pemprov)

Exit mobile version